PAUA, SuaraKaumTakBersuara– Kegiatan peringatan KRP-3, 19 Oktober
2013, di beberapa tempat di Papua, dibubarkan oleh aparat keamanan, dan
berbagai Blokade dilakukan, hanya memenjarahkan Psikologi rakyat untuk tidak
berekspresi atas hak hidup mereka. Sementara itu, puluhan aktivis Papua
ditangkap dan diinterogasi sebagai upaya menakuti publik dan rakyat untuk tidak
berekspresi.
20 aktivis Papua ditangkap saat demo memperingati 2 tahun NRFPB, Sabtu,
19 Oktober 2013. Sebelumnya, Aparat
mengawal Longmars pendemo dari tempat kumpul merea di Jl. Cenderawasih, Puncak
Onin, sampai ke areal Parkir Pasar Thumburuni. Rencana aksi digelar di areal
Parkir, namun Polisi menghalau massa dan diarahkan menuju areal reklamasi
Pantai Fak-fak, sekitar 200 meter dari arela parkir. Saat tibah di areal
reklamasi, puluhan aparat polisi langsung mengepung massa dan memaksa massa
duduk di Jalan beraspal. Polisi lalu melakukan razia dan menyita puluhan
atribut bergambar Bintang Kejora dan sejumlah pamplet dan poster bergambar Tokoh-tokoh
Papua Merdeka. Seorang koordinator aksi dan belasan aktivis lainnya dikurung.
Menurut A/T, Perwira Polisi yang ikut menyergap para demonstrasi
menduga 20 aktivis adalah penghasut terhadap warga untuk ikut aksi ini,
pasalnya para aktivis ini sudah berulang kali melakukan aksi serupa. Tambah
A/T, Kapolres Fak-fak, AKBP Moh. Yusuf, pun datang ketempat di mana massa
dikumpulkan dan dikepung, kemudian, Kapolres membubarkan massa, dan hendak
menghantar massa pulang ke kampung asal mereka masing-masing.
Niat Kapolres untuk mengantar pulang massa aksi ke tempat mereka
masing-masing kemudian ditolak oleh massa dengan memilih pulang dengan jalan
kaki. Massa yang pulang berbondong-bondong pun berbisik dari satu pada yang
lain terkait kelicikan Kapolres yang sudah membubarkan massa aksi namun seakan
pahlawan dengan menawarkan jasa.
Sementara, 20 aktivis diangkut dengan truk berteralis menuju markas
Polresta Fak-fak. Sekitar 4 jam, para aktivis diinterogasi di ruang meeting
Polres Fak-fak, kemudian dipulangkan.
Hal yang serupa pun terjadi di Jayapura, Ibu Kota Propinsi Papua. Di
mana, di Jayapura, acara doa syukur 2 tahun
KRP-3 (Deklarasi NFRPB) dibubarkan oleh Gabungan TNI dan Polri. Dalam
proses pembubaran yang dilakukan, Aparat gabungan Polisi dan TNI juga menyita
bendera PBB, kemudian menangkap Alius Asso.
Aparat memblokade jalan putaran Waena
dekat kuburan, sehingga aktivitas perekonomian dan perkantoran terhambat.
Banyak rakyat yang mengeluh atas pemblokadean tersebut, namun panic, karena
jika diprotes, maka akan menjadi incaran penangkapan aparat, menurut seorang
warga yang saat itu melihat pemblokadean dari jarak yang jauh.
Pada hari yang sama, di lapangan Makam Theys H Eluway, gabungan Aparat
keamanan bermain bola. Menurut S/S, itu hanya upaya pelarangan yang dilakukan
aparat, agar kegiatan KRP-3 tidak dilakukan di dekat Makam Theys H Eluay.
Hal yang serupa pun terjadi di beberapa daerah lain di Papua, sehingga
rakyat hanya memilih doa di tempat mereka masing-masing karena takut dilakukan
kekerasan oleh aparat terhadap mereka. (Stev***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar