Jumat, 26 Juli 2013

PROPESINOLISME KOMNAS HAM DIPERTANYAKAN



NABIRE, SuaraKaumTakBersuara – Komnas HAM dalam Investigasinya tanpa mewawancarai korban namun menyatakan bahwa kejadian GOR Nabire adalah kecelakaan biasa.

Kejadian Luar Biasa yang menelan 18 Korban Mati dan 39 Luka-luka tersebut, membuat banyak Institusi Negara dan Ormas datang ke Nabire untuk dilakukannya Investigasi. Komnas HAM sebagai lembaga Negara yang dilihat sebagai Lembaga Independen pun datang ke Nabire untuk melakukan Investigas Kasus. Komnas HAM tibah di Nabire, 18/07/2013, kemudian keesokan harinya 19/07, komnas melakukan pertemuan dengan Bupati Nabire.

Melihat pentingnya Korban harus dimintai keterangan oleh Komnas HAM, Aktivis Ham, Yones Douw, pada tanggal 18/07 malam menjumpai seluruh korban untuk menyuruh mereka berkumpul keesokan harinya agar memberikan keterangan atas peristiwa yang dialami mereka pada Komnas HAM. Keesokan harinya, korban menunggu Komnas HAM agar bisa memberikan keterangan pada peristiwa tersebut, namun Komnas HAM menyibukan dirinya dengan melakukan pendekatan pada Institusi Negara lainnya seperti Polda Papua dan lainnya. Komnas hanya menerima laporan dari Institusi Negara lainnya tanpa melakukan wawancara langsung dengan korban.

Atas pertistiwa tersebut, masyarakat di wilayah Meewo sangat menyesalkan kerja Komnas HAM. Menurut Yones, “masyarakat Meewo menyesal dengan pernyataan Komnas HAM terkait kasus Nabire adalah Kecelakaan biasa. Pada hal, Komnas tidak wawancara Korban tapi sudah mengeluarkan pernyataan itu”. Yones menyesalkan pernyataan Komnas HAM yang tidak professional dan melanggar mekanisme Advokasi, dimana korban semestinya ditempatkan sebagai kunci laporan dari hasil Investigasi tersebut. Yones menegaskan, kami akan tunggu hasil laporan Investigas dari Komnas HAM. (Stev***)

MOBIL SEWAAN AKTIVIS HAM DITENDANG BRIMOB



3 Orang Anggota Brimob Menendang Mobil Yang Disewakan Para Aktivis HAM di Nabire dan Melarang Korban Mengikuti Dialog Bersama Tim DPR Propinsi dan 5 Bupati di Wilayah Meepago


Gambar Brimob / Ilustrasi
NABIRE, SuaraKaumTakBersuara – Bertepatan dengan KLB, 14 Juli 2013, di Gedung GOR Nabire, 18 orang meninggal dunia dan 39 mengalami luka-luka, DPR Pronpinsi membentuk Tim yang melibatkan DPR P, Gereja, Mahasiswa dan Aktivis HAM untuk melakukan Investigas di Nabire. Tim tersebut nginap di Hotel RIO.Sementara, 20/07, Mobil yang digunakan Aktivis HAM ditendang 3 Anggota Brimob dan para Korban dan keluara Korban dilarang mengikuti Kegiatan Dialog bersama DPR Propinsi, Gereja, LSM, 5 Bupati, Kapolda, Kapolres dan Dandim, walau tujuan pertemuan tersebut adalah meminta keterangan korban sebagai inti dari pertemuan itu.

Dalam Tim Investigasi yang dibentuk DPR P, Aktivis HAM Yones Douw dan Pares Wenda dimasukan dalam Tim tersebut, untuk melakukan Investigasi kasus secara menyeluruh di Nabire atas Kejadian Luar Biasa tersebut.  Dalam proses Investigasi yang dilakukan, DPR P menyewakan sebuah mobil untuk Aktivis HAM agar memperlancar proses Investigasi.

Agenda DPR P berakhir mengundang 5 Bupati, Kapolda, DPRD Nabire, Kapolres, Kejaksaan, Dandim 1705, Keluarga Korban Meninggal, Korban Selamat, Kepala Suku dan Gereja. Dalam Undangan Tersebut, Aktivis HAM, Yones dan Pares pun diundang untuk mengikuti Dialog tersebut, Sabtu, 20/07/2013.

Saat Aktivis HAM memasuki Halaman DPR D Nabire, Mobil Aktivis HAM dihalangi oleh Aparat Kepolisian Dalmas Nabire dan Brimob Polda Papua. Tanpa alasan, Brimob Polda Papua berjumlah 3 orang, menendang Mobil yang dipakai Aktivis HAM. Kemudian Mobil tersebut masuk dan para Aktivis HAM mengikuti Dialog tersebut.

Dalam Dialog tersebut, Korban diberikan diundang untuk memberikan kesaksiannya pada saat kejadian, namun pihak Kepolisian Dalmas Nabire bersama Brimob Polda Papua melakukan penjagaan ketat dan melarang Korban untuk masuk dalam ruangan tersebut dengan menyuruh mereka ke rumah mereka masing-masing.

Dalam komunikasi selulernya, Yones dan Pares, Aktivis HAM Papua, menggatakan “kami bingung karena Mobil kami ditendang. Pada hal kami datang karena diundang bersama dalam Tim untuk melakukan Investigas kasus dan pada saat yang sama mengikuti undang untuk berdialog bersama 5 Bupati, Korban Polda, Polres, Dandim dan lainnya. Dan kami juga heran, Korban sebagai kucin dari pertemuan itu justru dilarang masuk oleh Dalmas dan Berimob”. Dengan penuh kekecewaan, korban pun harus meninggalkan tempat pertemuan karena dilarang masuk oleh Dalmas Nabire dan Polda Papua. (Stev***)

Kamis, 18 Juli 2013

BUPATI FAK-FAK DIMINTAI BERTANGGUNGJAWAB

Pelarangan Dibuatnya Kantor Dewan Adat Fak-fak Dikeluarkan Oleh Bupati Fak-fak

Gamb Ilus/ Gbr Saat Masyarakat Aksi
FAK-FAK, SuaraKaumTakBersuara -  Masyarakat Fak-fak meminta Bupati Fak-fak bertanggungjawab atas pernyataan pelarangan pembangunan Kantor Dewan Adat Fak-fak, hari ini, 19/07/2013, dengan meminta DPRD Fak-fak untuk memanggil Bupati.

Hari ini masyarakat Fak-fak mendatangi DPRD Fak-fak dan meminta DPRD memanggil Bupati untuk mempertanggungjawabkan pernyataannya terkait pelarangan dibangunnya kantor Dewan Adat. Sementara Tadi malam, Wakil Bupati Fak-fak, Donatus Nimbitkendik dijemput Masyarakat Adat Mbaham-Matta dari Rumah Jabatan (Rumah Wakil Bupati) Pulang ke Keluarga di Kampung Gewerphe, Fak-fak. Upaya Masyarakat Adat Pohonma Wodour Nggara, baru dapat berhasil saat malam, kamis (18/7). Pasalnya, ada upaya pihak Bupati Mohammad Uswanas untuk menggagalkan tuntutan Masyarakat Adat. 

Donatus akhirnya meninggalkan jabatannya sebelum Dewan memanggil Bupati sebagai bentuk keberpihakannya pada Masyarakat Adat. Wakil bupati Nilai memiliki keberpihakan, karenanya, Masyarakat Adat menjempunya dengan cara Adat dan menempatkannya pada ruang Adat. (Stev***)

RIBUAN MASSA AKSI DI NABIRE

Aksi Tetap Berlangsung Walau Diblokade Aparat Gabungan


Nabire, SuaraKaumTakBersuara -  Ribuan Rakyat di Kabupaten Nabire tetap melakukan aksi siang tadi hingga sore ini, kamis, 18/07.2013, walau Aparat memblokade sebagai pelarangan aksi.

 Terkiat kasus yang menewaskan 18 Warga dan 39 Luka-luka yang kebanyakan adalah wanita, Massa yang dikoordinir oleh KNPB kemudian melakukan aksi besar-besaran di Nabire. Awalnya, Aksi tersebut dilarang keras oleh Aparat Gabungan TNI dan Polri. Pelarangan tersebut dengan dilakukannya Blokade di Beberapa ruas Jalan, baik di Rumah Sakit Siriwini, kemudian Di Kalibobo dan di Pasar Karang. di Siriwini dan di Kalibobo, Atribut aksi diambil oleh Aparat, dan kemudian aparat membubarkan massa aksi yang berkumpul di dua titik aksi tersebut.

Akibat dari dibubarkannya massa aksi tersebut, massa mulai fokus tuk berkumpul di satu titik aksi dan kemudian ribuan massa berkumpul di Pasar Karang. Aparat pun menambah personil Blokade untuk menghalangi ribuan massa tersebut.

Karena meluapnya massa, Kapolres Nabire pun turun ke Titik Aksi, dan Negosiasi Koorlap dengan Kapolres pun terjadi. Korlap menjelaskan inti tuntutan mereka terhadap tewasnya warga sipil. dari Negosiasi yang panjang, akhirnya diberikan ruang untuk dilakukannya aksi. Aksi yang direncakan jam 07.30, akhirnya molor karena Blokade, dan bisa dilakukan pada pukul  11.20 WIT.

Massa Aksi melakukan Aksi dengan longmars dari Pasar Karang Nabire menuju Kantor Bupati. Massa menuntut untuk segera diusut tuntas kasus GOR. Massa aksi pun membentangkan Spanduk yang bertuliskan "Negara Bertanggungjawab Atas Insiden di GOR Nabire".

Menurut Koordinator Lapangan, Melkias Tebay, Tewasnya 18 warga adalah kasus terencana dan sistematik. kepolisian sebagai keamanan tidak ada di tempat saat kejadian.

Hal yang serupa pun ditegaskan oleh Tomoki, Aktivis Papua. Tomoki menjelaskan pada via selulurnya ketika dihubungi, Ini terencana dan sistematik. Masa pertandingan terus Polisi tidak ada! Masa Panitia bisa saja memasukan orang yang baik dan tidak dalam Gedung GOR (yang mabuk dan tidak mabuk)! ini bukan kelalaian. Kalau kelalaian itu, Polisi ada di tempat. Ini kesengajaan dan terencana karena Polisi satu pun tidak ada di tempat.

Massa aksi kemudian melakukan aksi secara damai dan menyampaikan tuntutan mereka dan kemudian membubarkan diri pada sore hari, 15.30WIT. (Stev***)


Rabu, 17 Juli 2013

MASYARAKAT NABIRE AKAN GELAR DEMO

Tuk Merespon Peristiwa GOR Nabire, Masyarakat Akan Melakukan Demo Damai Di Nabire


Masyarakat Korban Tragedi GOR
Nabire, SuaraKaumTakBersuara -  Masyarakat Nabire akan menggelar Demo Damai tuk merespon tragedi GOR, 14 Juli 2013 kemarin.

Masyarakat yang tergabung dalam KNPB, akan menggelar Demo Damai di Nabire pada 18 Juli 2013. Titik kumpul yang ditentukan Panitia adalah Universitas Wiyata Mandala (USWIM) untuk yang di daerah Kalibobo dan sekitarnya; kemudian di Rumah Sakit RSUD Siriwini, bagi yang tinggal di Daerah Siriwini dan sekitarnya. Sementara Aksi direncanakan dimulai jam 07.00 WIT.

Aksi yang direncanakan dari taman Gizi menuju Kantor Bupati tersebut, diperkirakan jumlah massa pun memuncak. Aksi tersebut bertujuan meminta pertanggungjawaban aparat atas ketidak seriusan Aparat dan Pemerintah menjaga keamanan dalam pertandingan tersebut. (Stev***)

PENGADUAN KASUS GOR NABIRE KE KOMNAS HAM



SKTGN Melaporkan Kasus Tewasnya 18 Orang dan 39 Luka-Luka

Ruang Pengaduan Komnas HAM
Jakarta, SuaraKaumTakBersuara -   Tewasnya 18 orang dan 39 Kritis di Gedong GOR Nabire, Papua, Mahasiswa dan Masyarakat Papua yang tergabung dalam Solidaritas Kemanusiaan Tragedi GOR Nabire (SKTGN) melakukan pengaduan berupa pelaporan kasus pada Komnas Ham, 17 Juli 2013, pukul 11.30, siang tadi di ruang pengaduan Komnas HAM Jakarta.

Dalam pengaduan kasus pada Komnas HAM, Koordinator SKTGN, Ramos, menjelaskan Kapasitas Gedung tidak sesuai, di mana Gedung hanya mampu menampung 800 orang, namun karena diijinkan Bupati, maka muatannya mencapai 150 orang. Selain itu, terkait pernyataan Polres kalau personil digerakan pada saat pertandingan berlangsung, itu tidak benar karena saat pertandingan, tidak ada anggota Polisi satu pun. Yang ada hanya 4 orang anggota TNI dan 4 anggota Pol PP, yang saat itu menjaga di 4 sudut ring tinju. Ramos menambahkan, Kami meminta Komnas HAM melakukan Investigas dan mengumumkan hasil Investigasi secara independen agar bisa diketahui Publik atas insiden tersebut.

Sementara itu, anggota SKTGN, Marthen Goo, menjelaskan kronolis peristiwa. Marthen menjelaskan, korban mati bukan karena konflik di dalam ruang, namun karena mereka Panik dan keluar, kemudian ketika injak di teras GOR, kaki Korban keram dan kemudian mereka lemas (loyo) dan kemudian jatuh. Di belakang korban yang jatuh, mereka pun mengalami hal yang sama, dan kemudian jatuh di atas korban pertama, dan seterusnya. Marthen Juga menjelaskan, bagimana ketika Bupati menyuruh semua Penonton masuk dengan Gratis, kemudian pintu ditutup, sehingga tidak satu orang pun yang mengawasi apa yang terjadi di luar ruangan, apalagi pada malam itu, tidak ada Polisi satu pun yang jaga, walau sebelumnya, polisi selalu ada.

Tegas Marthen Goo ketika diwawancarai, “saya bingung dengan Pihak Kepolisian. Saat pertandingan Final, mereka tidak ada di tempat pertandingan, pada hal, pertandingan kecil saja, semestinya Polisi turut menjaga berlansungnya pertandingan, apalagi ini perebutan Piala Bupati Cup. Di sisi lain, Bupati, Ibu Bupati dan Muspida pun ikut hadir dalam pertandingan tersebut, sehingga, Polisi semestinya menambah personilnya, apalagi Final. Tapi ko ini kosong sama sekali. Ada apa ni?” tambah Marthen, satu hal yang menarik yang bisa diperhatikan lagi adalah, tanggal 15 Juli 2013, Pukul 17.30 WIT, dua orang anggota Polisi datang pada keluarga korban. Korban meninggal atas nama Maria Mandosir. Dua Polisi tersebut bertanya, apakah kalian akan balas dendam kepada orang Mee atau tidak. Dan keluarga korban menjawab, kami tidak punya niat itu. Kedua Polisi itu kemudian Pulang.” Marthen mengkawatirkan, sesungguhnya ada skenario yang besar untuk membuat rakyat tak berdosa korban.

Sementara itu, pihak Komnas HAM, yang diterima Natalis Pigai dan Staffnya yang mendampingi, menegaskan bahwa, itu belum bisa dikategorikan pelanggaran HAM karena belum bisa dipastikan siapa Pelakunya. Namun terkait kasus ini, kami dari Komnas HAM akan turun langsung ke Nabire mala mini, dan dipastikan besok sudah di Nabire untuk melakukan Investigasi.   (STEV***)

PERISTIWA 15 JULI 2013


Gbr Ilustrasi/Kapolda Papua
Nabire, SuaraKaumTakBersuara -  Kapolda menjumpa korban dan keluarga korban dan mengatakan berbelasungkawannya, namun masyarakat menyesalkan peristiwa yang mengorbankan 18 warga tak berdosa dan melukai 39 orang, sementara Polisi tidak menjalankan tugas Negara dalam pelayanan publik tuk pengamanan.
                                                                 
Setelah peristiwa 14 Juli 2013, keesokan harinya, 15 Juli 2013, Kapolda (Irjen Pol Tito Karnavian) tibah dari Jayapura tuk menjumpai keluarga Korban dan Korban. Namun Korban dan Keluarga korban menyesali peristiwa tersebut. Dalam diskusi dengan Kapolda, Keluarga Korban mempertanyakan tugas dan fungsi kepolisian. Keluarga Korban pun mengatakan rasa penyesalan mereka, karena biasanya acara kecil apapun selalu dijaga ketat oleh Aparat Kepolisian, tetapi malam itu, mengapa pihak kepolisian tidak ada yang jaga. Keluarga Korban dan Korban serempak berkata pada Kapolda, Bapak Kapolda, dalam pertandingan tersebut, tidak terjadi perebutan juara. Yulianus Pigome telah menerima kekalahan, bahkan pendukungnya mendukung, tetapi orang yang munculkan keributan itu, orang yang dipasang oleh pihak ketiga untuk mengorbankan orang yang tidak berdosa.

Keluarga korban sangat menyesal  malam Final Tinju karena alam itu, Muspida  Kabupaten Nabire ikut Nonton, sementara para institusi  Polisi tidak mengamankan acara itu, tetapi institusi  Polisi datang kumpul mayat  dan antar Mayat Ke RSUD Siriwini Nabire, setelah peristiwa tersebut. Tegas keluarga korban dan Korban.

Setelah mengikuti Media, Keluarga Korban Juga Menyesal dengan  Pernyataan  Jenderal Timo Pradopo,  Kapolri, yang mengatakan,  Angkatan darat 100 personil dan dibantu 200 Personil Polisi (Brimob dan Dalmas) dari Polres nabire, melalui media eletronik, Sesungguhnya adalah  pernyataan pembodohan publik (Penipuan publik). Karena Pada Malam itu, Polisi satu orang pun tidak kelihatan.

Sementara itu, Kapolda menegaskan bahwa mereka akan fokus pada investigasi atas respon keluhan korban dan keluarga korban.


Dua Anggota Polisi Datangi  Keluarga Korban Meninggal

Pada tanggal 15 Juli 2013, Pukul 17.30, dua orang anggota Polisi  pendatang (Anggota Polisi Non-Papua) datang kepada Keluarga Maria Mandosir (korban meninggal Dunia) lalu bertanya, apa kalian akan balas dendam kepada orang mee  atau tidak. lalu keluarga menjawab, kami tidak punya niat itu. Lalu kedua orang polisi itu pulang. Keluarga korban pun merasa aneh dengan pertanyaan yang seakan membuat pemisaan antara suku. (Stev***).