Jumat, 01 Mei 2015

1 MEI 1963, JILID KE DUA KEJAHATAN KEMANUSIAAN DI PAPUA

“Penyerahan Papua ke Indonesia oleh UNTEA adalah ILEGAL dan Melanggar Hak Asasi Manusia, Khususnya Hak Hidup Orang Papua”

“...Sejarah tidak perna menipu dan bahkan akan selalu tertanam dalam tiap sanubari anak-anak Bangsa dari satu Generasi menuju Generasi berikutnya, di mana saja Mereka Berada...” (marthen goo)

Perlau disadari oleh semua Insan manusia di dunia bahwa ada keganjalan besar dalam Sejarah Papua yang berusaha dimanipulasi atau ditutupi kebenaran Sejarahnya. Bagi sejarah orang Papua, 1 Mei 1963 adalah kejahatan kemanusiaan jilid kedua dari rentetan kejahatan kemanusiaan yang dilalukan Negara di tanah Papua, di mana Jilid Pertama dikenal dengan lahirnya Tiga Komando Rakyat (Trikora) 19 Desember 1961, yang diikuti dengan pendudukan militer Indonesia di tanah Papua, yang menumpas rakyat sipil di Tanah Papua (terjadi pelanggaran Ham besar-besaran pada tahap pertama).
Jilid kedua masuk dalam tahapan kepentingan Amerika dan Indonesia, melalui deal Politik yang dibangun John F Kenedy dan Soekarno atas upaya pencaplokan tanah Papua. Proses penyerahan Papua dari UNTEA ke dalam Indonesia, adalah sebuah proses upaya pengkondisian yang dilakukan oleh Indonesia agar mencapai target kemenangan pada Pepera 1969. Lebih buruk lagi, keberadaan Freeport di Papua justru lebih dulu sebelum penentuan Pendapat Rakyat digelar, yakni 1967, dan ini tidak melalui sebuah mekanisme formal, sehingga sangat Ilegal. Proses Ilegal dan Kejahatan luar biasa atas konspirasi Amerika dan Indonesia sangat menghancurkan peradaban Orang Papua dan melecehkan martabat Papua.
1 Mei 1963 adalah Proses penyerahan Papua ke UNTEA tanpa melibatkan orang Papua. Proses serahkan-menyerahkan Papua menjadi Hak dan Kewenangan Amerika dan Indonesia, seakan orang Papua itu bukan manusia yang tidak memiliki hak untuk menentukan nasip mereka dan nasip negeri mereka. Ini kasus kejahatan terbesar yang sudah dilakukan oleh Indonesia dan Amerika karena tidak membuat mekanisme dengar Hak Orang Papua, apakah mau Papua tetap dalam kawasan atau perlindungan UNTEA ataukah Belanda atau mungkin Negara Lain.
Sehingga, dengan tegas saya boleh menyimpulkan, 1 Mei 1963, yang mana, Proses Penyerahan Papua dari UNTEA ke Indonesia adalah “ILEGAL”. Dan hal ini, tidak ada yang bisa membantahnya, karena ini kebenaran sejarah. Kebenaran yang mana, proses penyerahan justru dilakukan sepihak oleh Indonesia dan Amerika atas kepentingan kedua Negara tanpa Melibatkan orang Papua.

Situasi Hari Ini
Hari ini, Negara melalui Aparat Negara membangun Opini di seluruh Indonesia, 1963 adalah “kembalinya Papua ke Indonesia”. Pertanyaan sederhana, Kapan Papua menjadi bagian dari Indonesia sebelumnya, kemudian pergi dan kembali lagi, sehingga dibilang kembali ?
Papua merupakan sebuah bangsa yang perna merdeka 1961. Kemerdekaan Papua sesungguhnya sama dengan Indonesia. Yang membedakan Papua dan Indonesia adalah “Kemerdekaan Papua diakui Belanda dengan ketulusan”, sementara “Kemerdekaan Indonesia belum diakui seutuhnya kemerdekaannya”. Dan bahkan pemberian kemerdekaan Indonesia 1949 oleh Belanda itu pun dengan keterpaksaan atas desakan Amerika.
            Jika kita lihat proses pemajangan Baleho di Papua seperti Baleho yang dipajang Korem 172 Jayapura yang tertuliskan “1 Mei 1963 Tonggak Sejarah Pembebasan Masyarakat Papua dari Kebodohan, Kemiskinan dan Ketertinggalan”, ini pernyataan Pembodohan Publik. Ini menunjukan bahwa Korem tidak tahu sejarah Papua sesungguhnya. Orang Papua justru lebih maju jauh dari Indonesia di bawah tahun 1961. Orang Papua punya ratusan Dokter tamatan Belanda. Orang Papua punya Guru Tamatan Belanda yang Propesional. Orang Papua punya Teknisi dan banyak yang lainnya. Dan bahkan, saat itu orang Papua punya Perusahaan dan Tokoh-tokoh. Rumah Sakit Dok-2 di jaman itu, justru menjadi rumah sakit rujukan untuk Asia dan Pasifik. Papua di jaman itu sudah bersaing dengan Orang Eropa. Sayangnya, semua itu hilang dan hancur saat terjadi pendudukan dan penumpasan yang dilakukan oleh Negara melalui aparat Negara.
            Bastian Rumaseb, Asisten Dokter Bedah di ruang operasi mulai dekade 1940 an – 1950an menjadi pekerja Propesional di Jaman Papua menuju Kemerdekaan. Dia kemudian di kejar oleh Aparat Indonesia dan harus mengungsi. Dan kemudian bekerja membantu pekerjaan misionaris dari Gereja Reformasi di salahsatu pos Zending yang baru dibuka di pedalaman Merauke (Mappi Atas) saat itu. Ini salah satu contoh kasus, seorang Asisten Dokter Bedah di tahuan itu, kemudian harus kehilangan Profesinya. Dan kasus yang sama menimpah semua Dokter-dokter Papua, Manteri-manteri Papua, Teknisi-teknisi dan yang lainnya.
            Dari sejarah Papua, sesungguhnya menunjukan bahwa yang membawa kebodohan, kemiskinan dan ketertinggalan untuk orang Papua adalah Negara Indonesia. Tidak ada dalam Sejarah Dunia bahwa, masyarakat yang punya kelimpahan kekayaan menjadi Miskin, Bodoh dan Tertinggal, kalau bukan karena Sistem Negara yang membuat masyarakat setempat itu Bodoh, Miskin dan Tertinggal. Apalagi, Papua punya sejarah sebelum Indonesia masuk, bahwa, Papua lebih maju jauh dari Indonesia dan Papua di bawah tahun 1960 perna  bersaing dengan Eropa, dan jauh lebih maju dari Asia dan Pasifik.

Keganjalan Hari Ini
            Hari ini, 1 Mei 1963, hari dimana semua orang di dunia bisa menanyakan proses Penyerahan Papua oleh UNTEA ke Indonesia, yang mengakibatkan banyak terjadi kejahatan kemanusiaan di tanah Papua. Proses tanya menanya adalah proses Demokrasi yang semestinya dihormati siapapun, sekalipun itu Negara. Sayangnya, justru hari ini, orang Papua dilarang aksi di tanah leluhur mereka, tanah Papua. Bahkan, tadi subuh, 01.30, ada penangkapan di Merauke kepada anggota PRD dan KNPB dan beberapa anak-anak Papua ditangkap di beberapa kota, sekalipun itu di Jawa. Dari situasi penangkapan dan pelarangan aksi pada 1 Mei 1963 di tanah Papua, sesungguhnya menegaskan bahwa “1 Mei 1963 ada masalah”. Apa masalahnya ? tentu masalahnya adalah konspiratif yang dimainkan oleh Amerika dan Indonesia. Dan Proses itu adalah Proses  Ilegal.
            Situasi saat ini menunjukan bahwa, semakin represif di Papua, semakin menimpulkan jutaan pertannyaan tentang Papua. Dunia saat ini bukan dunia kumpulan orang-orang tidak mengerti yang bisa tertipu oleh semua skenario pelarangan atau pun penutupan semua akses skalipun itu akses informasi. Dunia sekarang adalah dunia teknologi yang bisa membuat manusia di dunia memahami semua masalah di dunia. 1 Mei 1963 pun, tentu sudah menjadi pengetahuan publik sekalipun Negara melalui Aparat Negaranya memutar balik jutaan kata dengan kampanyenya, namun semua itu hanya akan menunjukan kebodohan pada Publik.
            Sejarah mengajarkan pada kita untuk mengetahui kebenaran peristiwa di masa silam. Sejarah juga mengantarkan kita pada pemahaman yang objektif dan akurat kebenarannya. Kiranya kebenaran sejarah Papua menjadi kekuatan Proteksi bagi orang Papua yang dalam Populasi penduduknya mulai mengalami penurunan yang sginifikan.
            Kiranya tulisan ini bisa membantu kita sekalian untuk lebih pekah melihat kebenaran di Tanah Papua dengan akal budi dan marifat yang tinggi. TUHAN memberkati.



Oleh: MARTHEN GOO (Aktivis Kemanusiaan Papua)