Selasa, 24 Februari 2015

BURUKNYA EKONOMI PENDUDUK PAPUA ADALAH DESIGN KEBIJAKAN



KENAPA EKONOMI BAGI WARGA ASLI PAPUA SANGAT BURUK DAN MENGALAMI MARJINALISASI YANG BRUTAL....???

Ekonomi tentu dikenal sebagai ukuran kemajuan suatu daerah, suku atau kelompok tertentu, bahkan merupakan kemajuan sebuah Bangsa. Tentu dalam perekonomian, banyak hal menjadi ukuran akan kemajuan dari proses pertumbuhan perekonomian tersebut. Sarana penunjang pertumbuhan perekonomian ternyata memiliki pengaruh besar, seperti Pasar, Sistem pemasaran, sampai sasaran pemasaran yang tepat.

Di luar dari Papua, seperti di Jawa, Pasar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi rakyat sangat ril, dan bahkan ada pasar rakyat yang dibangun oleh Pemerintah. Pemerintah juga berfungsi sebagai agen dan sarana dalam mendistribusikan hasil rakyat di Jawa. Banyak sekali Koperasi Unit yang menopang kemajuan Rakyat. Sistem pamasaran juga sangat jelas dan sasaran Pemasaran tertuju.

Lebih dari itu, Sistem Pemasaran mengikuti dinamika global atau dunia.

Bagimana dengan Papua...???
Papua bukan tidak bisa, bukan juga gagal, tapi dibuat tidak bisa dan dibuat gagal oleh situasi dan resim Serta Sistem Negara.


FAKTOR PENGHAMBAT PEREKONOMIAN RAKYAT PAPUA:

(1). RASA AMAN
Mama-mama dan masyarakat umumnya di Kampung-kampung dulu rajin skali membuat kebun, dan menghasilkan hasil Bumi yang sangat gemilang. Sistem kerja mereka pun terarah. Kebiasaan masyarakat saat harus ke Kebun, saat matahari mulai menunjukan wajahnya, mereka pun melangkah lebih cepat ke Kebun untuk melakukan aktivitas mereka di kebun. Masyarakat Papua selalu di Kebun Jam 6 Pagi sampai jam 18.00 (6 Sore).

Waktu yang begitu lama mereka di Kebun. Di mana, mereka mampu membersihkan kebun-kebun yang sangat luas, dan melakukan penanam serta pemanenan. Dan hari-hari mereka lewati dengan semangat kerja yang tinggi. Hanya pada hari minggu mereka harus mengurangi waktu kerja mereka di Kebun. Ada yang biasanya ke kebun setelah ibadah, dan lainnya.

Kebiasaan itu sirna semenjak Aparat Negara masuk kebun-kebun, semenjak banyak perempuan diperkosa dan semenjak banyak yang hilang dan tidak diketemukan, masyarakat dan mama-mama jadi takut ke Kebun. walau pun mereka ke kebun, waktunya hanya 1 atau 2 jam, itu pun pada jam 11,12,13 siang, dan kemudian pulang. Ini faktor yang sangat menghambat kehidupan rakyat di Papua. Saat mereka harus makan dari hasil kebun, mereka pun kadang mulai bingung harus kemana, sementara beras raskin seakan mengajak mereka juga untuk tidak berpikir akan kehidupan mereka di kebun.

(2). STIGMATISASI
Semenjak ada Stigma yang menekankan "Orang Papua Bodok, Orang Papua tidak mampu, Orang Papua Separatis dan Makar", membuat Bank menutupi diri pada masyarakat, dan kemudian membuka ruang bagi Non-Papua untuk menguasai Ekonomi sektoral. dan ini tentu bagian dari Diskriminasi Ekonomi yang sangat tinggi. Upaya Stigmatisa ini sampai sekarang terus dipelihara oleh Oknum yang memang menghendaki ekonomi rakyat Papua makin buruk dan hancur.

(3) DISKRIMINASI
(a)). Pertama kali Trans masuk di Papua, mereka difasilitasi oleh Negara. Mereka diberi lahan (Negara Merampas Tanah Adat yang daerahnya strategis dan subur), kemudian Negara membuat Irigasi, Negara membuat jalan menuju Kebon, Negara menyiapkan Pasar, Negara menyiapkan transportasi pengangkutan hasil Bumi. dengan demikian, Para Trans memiliki jalur ekonomi yang baik dan pertumbuhannya juga pesat.

Sementara orang asli Papua, dari satu gunung ke gunung yang lain. tidak ada transportasi. beban angkut ke Pasar mengandalkan fisik dari satu gunung ke gunung yang lain. akibatnya hasil Bumi pun mengalami kerusakan atau layu. tentu, dari proses persaingan menurun. Belum lagi, karena beban fisik yang besar, kadang ketika rakyat sakit, mereka harus ke rumah sakit dan membayar uang berobat lebih besar dari pendapatan mereka. Belum lagi angkot/kendaraan dari rumah mereka ke rumah sakit. Di mana, rumah sakit, sekolah dan fasilitas lainnya hanya difokuskan pada kawasan transmigrasi.

(b)). Stigmatisasi yang panjang, tentu sebagai upaya pengalihan kepercayaan kepada Non-Papua.

(c)). Tidak adannya pendidikan pemasaran, fasilitas pemasaran, sampai dengan tujuan pemasaran pada masyararak lokal, sementara yang dari luar justru ditopang dan memiliki skil penunjang lainnya dengan dilindungi kebebasan mereka oleh Negara.


(4). SALING CURIGA
Pejabat Papua saja, masih lebih percaya Orang Non-Papua dari pada mempercayai orang Papua. Mereka masih lebih percaya orang Non-Papua yang tidak berpendidikan dari pada orang Papua yang berpendidikan, apalagi yang tidak berpendidikan.

Ada satu cara pandang yang buruk, yang menjiwai orang Papua. sehingga, pejabat Papua terlihat jelas dengan acuh tak acuh pada rakyatnya sendiri.

Kasus Pasar mama-mama Papua di Jayapura, bisa dilihat. Jaman Gubernur Bas Suebu, dengan muda Bas berkata "Mulut saya SK", tapi sampai dia turun, pasar tidak perna dibuat. Lukas Enembe pun tidak terlihat niatnya bangun Pasar. DPR-P selalu lari saat mama-mama Papua aksi di DPR-P.
MR Kambu saat menjadi Walikota, dia menunjukan kebodohannya dengan berkata "Mama-mama itu tidak mendatangkan pendapatan daerah" Roko-ruko dinilai sebagai pembangunan stratgis yang bisa mendatangkan pendapatan daerah.

Selain hal di atas, ada hal buruk lain adalah, ketika Pejabat Daerah hendak membangun rakyat, mereka distigma membangun Separatis. Stigma ini juga bagian dari cara resim untuk memaksa Pejabat Daerah tidak mempercayai rakyat mereka. Dan kadang hal itu juga membuat mereka takut distigma dan akibatnya tidak perna membangun rakyat.



(5). KEKERASAN
Kekerasan di Papua sangat tinggi, akibatnya, fokus pada pertumbuhan ekonomi pun hilang. Kekerasan ini datangnya dari Negara terhadap Rakyat, Rakyat dengan Rakyat, bahkan Sang Bapak kepada Sang Mama (KDART).

Jika kekerasan itu datang dalam keluarga, itu tidak terlalu berdampak sangat buruk, karena Mama-mama walau pun mengalami KDART, mereka masih mampu mengelolah waktu untuk menghasilkan pendapatan mereka demi kehidupan keluarga. Atau kalau hal itu datang dari rakyat, biasanya tidak terlalu lama dan kembali normal.

Hal yang sangat fatal adalah, jika kekerasan itu datang dari Negara. Jika kekerasan datang dari Negara, biasanya dunia pun hangus. Jika kekerasan datang dari Negara, aparat selalu membakar rumah warga, aparat selalu menembak ternak warga, mencuri semua kekayaan yang ada di rumah, aparat juga melakukan penyisiran yang membuat rakyat mengungsi di hutan berbulan-bulan.

Jika rakyat mengungsi di hutan, tentu membuat ekonomi mereka hancur-hancuran. Dan Proses itu terus terjadi berulang-ulang sampai saat ini. Kadang ada skenario yang dibuat oleh aparat negara dengan menaikan Bintang Kejora (BK) hanya untuk melakukan penyisiran dan bertujuan menyiksa rakyat dan mematikan pertumbuhan ekonomi rakyat.

Bisnis Kekerasan
Sangat Susah lagi untuk menghentikan kekerasan di Papua, apalagi jika kekerasan di Papua menjadi Bisnis oknum tertentu orang. Hal itu bisa terlihat dengan jelas, di mana perebutan lahan keamanan antara TNI dan Polri, yang berdampak pada stigmatisasi terhadap rakyat sipil, dan membuat panik warga sipil dan menghancurkan perekonomian rakyat Sipil Papua.

Hal lain juga terlihat dengan Ilegal Loging dan Ilegal Maining, di mana dikawal oleh Aparat Negara, baik TNI maupun Polri, walau statusnya adalah Ilegal. Hal itu bisa dilihat jelas di Degewo, Paniai, untuk Ilegal Maining, dan Ilegal Loging seperti di Wasior dan lain-lainnya.

(6). PEMOTONGAN JALUR EKONOMI
Satu contoh yang menarik di Wamena. Dulu saat Freeport membeli sayur di Wamena, masyarakat berlomba-lomba menanam sayur. di wamena terlihat indah dengan sayur mayur. rumput hilang dari pertanian rakyat. sayangnya, hal itu lenyap setelah Freeport berhenti mengambil sayur dari Wamna dan dialihkan ke Luar Papua. ada yang bermain di sistem freeport untuk mematukan jalur ekonomi rakyat.

Hal ini juga terjadi di Moanemati. Di Moanemani, saat P5 berfungsi baik, ekonomi rakyat tumbuh dengan baik. Masyarakat fokus pada perekonomian mereka. Namun sayang jika P5 dimatikan.

Contoh lain lagi adalah, saat seorang Mama Papua yang memiliki Usaha Mikro sedang berkembang, di mana usaha dia dibuat di daerah pedalaman Papua, yakni di Dogiyai, Deyai dan Paniai, sistem angkot barang pun dilakukan melalui jalan darat. Kendaraan yang disewa olehnya, dalam perjalanan dihancurkan oleh OTK. Akibatnya, barang bawaannya pun hancur. Usaha-nya pun mengalami kehancuran.

Banyak kasus lain yang jika ditulis sangat banyak.


CATATAN:
1). Belanda tidak perna menjajah orang Papua. Belanda justru mendidik orang Papua. dan itu terbukti dengan banyaknya Tokoh orang Papua di bawah tahun 1961, di Kota Jayapura. Orang Papua pun memiliki beberapa perusahaan dan kapal terbang serta kapal laut. Orang Papua tidak perna dibantai dan dibunuh.

Tentu hal itu Beda dengan Indonesia. Indonesia justrus mematikan Ekonomi Rakyat tapi juga membunuh-bunuh orang Papua sampai mau punah. Kekerasan Negara di Papua sangat membahayakan hak hidup orang Papua di atas tanah moyang mereka. Sistem yang dibangun di Papua justru membuat orang Papua secara Ekonomi dimatikan.

Situasi ini tentu situasi Jajahan yang sangat brutal.

2). Selagi tidak ada rasa aman, proteksi, orang papua akan selalu hancur dan dihancurkan sampai pada detakan nafas sekalipun. apalagi, tidak ada satu regulasi yang mengikat orang Papua dari ancaman kepunahan dan diskriminasi.

3). Jika Konstitusi saja bisa dilanggar oleh Negara, tentu ini ancaman terhadap orang Papua. Maka, Dialog menjadi sebuah sara penting dalam menelah pentingnya penyelamatan orang Papua, tidak hanya dari bahaya Pelanggaran HAM berat, Sejarah, tapi juga Soal Ekonomi sebagai dapur kerakyatan. Jika Negara terus bertahan pada argumen negatifnya seperti pendekatan Militer, pendekatan abunawas (Tipu belaka), sampai dunia kiamat pun Ekonomi Orang Papua tidak akan berkembang.



Penulis: Marthen Goo
(Aktivis Papua, Pemerhati kemanusiaan)

Senin, 23 Februari 2015

KAU PEJUANG KEMANUSIAAN YANG PATUT KU APRESIASIKAN




Saat itu, hujan makin gerimis. Senyap pun seakan merangkul Jakarta. Kami duduk di sudut kota, bisikan pun makin terasa, itulah titihan air hujan mengetok atap seng, yang saat itu berjejer rapih ditindis pakuan.

Kami saling bertatap satu dengan yang lain. Semangat pun menjiwai kami, seakan hanya kami yang menentukan perubahan dan kehidupan di Negara yang caruk-maruk ini.

Terdengar suara bisik dari seorang teman yang berasal dari Sumater, “Kawan, saya tak tegah melihat rakyat Papua dibantai dan dibunuh. Ini pelecehan terhadap nilai kemanusiaan”. Sementara itu, satu teman yang lain, yang berasal dari Bogor pun menyambung suaranya, “Kami harus lakukan sesuatu untuk menyelamatkan rakyat Papua”. Suara lantang pun ke luar dari seorang teman yang dari makasar “Kalian Harus Merdeka, kalau kalian tidak merdeka, kalian orang Papua akan punah”.

Diskusi yang elok pun berlanjut. Seorang Wanita dengan Nada rendah pun menguluskan suara merdunya dengan berkata “Sangat sedih kalau melihat masalah di Papua. Ini sangat tidak adil. Kita harus bersuara untuk saudara-saudara du Papua”.

Mereka menunjukan kepeduliannya pada Papua. Mereka pun melakukan kampanye tentang Papua. Bagi mereka, soal kemanusiaan adalah soal Prinsip yang tak boleh ada Kompromi.

Syair Iwan Fals pun berbisik di Balik Speaker. Gendang syair mengiramakan alur diskusi kami, seakan mengajak kami untuk lebih kuat dan bersatu paduh melawan penindasan.

Mereka yang bukan orang Papua, menunjukan besar hatinya pada rakyat Papua yang mengalami jajahan dan intimidasi sejak 1962 hingga kini. Tentu ini ajakan yang luar biasa bagi semua orang Papua, terlebih khusus Pejabat-pejabat Papua untuk melihat soal masyarakat dan bergandengan tangan bersama untuk melawan kejahatan kemanusiaan di tanah Papua.

Tentu ini ajakan yang luar biasa, karena ajakan ini pun menunjukan, soal kemanusiaan, orang Papua tidak sendiri, tapi ada orang lain yang juga selalu bersuara untuk masalah di Papua. Ada orang lain yang bukan orang Papua, yang selalu menadah terik mentari dan bersuara dengan suara lantang hanya untuk Papua.

Kini, ingin ku rangkai jutaan kata hanya untuk meyakinkan bawah ada mereka yang bersuara untuk suara rakyat tertindas, namun jari ini terasa kakuh tuk menulisnya, seakan dibelenggu perasaan di luar ke sadaran yang tinggi. Hanya ucapan Apresiasi pada mereka yang tanpa lelah menyuarakan perlawanan terhadap kejahatan kemanusiaan.

Dia yang tlah mengadakan aku, kamu dan mereka pun tak tidur, tidak juga buta. DIA hanya selalu tersenyum pada mereka yang menunjukan kebesaran hatinya pada rakyat terindas. DIA pun tentu bangga bagi mereka yang mampu menyentuh dinding hati-NYA dengan sentuhan kasih dan kepedulian pada mereka yang membutuhkan keadilan.
Ku bangga diri-mu, walai sahabat kemanusiaan ku. Ku bangga diri-mu karena engkau mampu membuat Sang KHALIK tersenyum karena komitmen dan prinsip kasih dan cinta mu pada sesama.

Moga jejak langkah mu saat ini, bisa diikuti jejak langkah yang lain tuk menyuarakan keselamatan rakyat Papua yang kini diambang kepunahan.



Di Sudut Kota Jakarta
Di Balik Reruntuhan Debuh
Jakarta, 23/02/2015
Marthen Goo
(082399074842/PIN:27651EAF)

Senin, 09 Februari 2015

PAPUA TERUS BERJUANG UNTUK PEMBEBASANNYA DARI PERBUDAKAN, PEMBANTAIAN DAN PEMUNAHAN YANG DILAKUKAN INDONESIA DI ATAS WARISAN TANAH LELUHUR MEREKA



Perjuangan Bangsa Papua dari Kolonial dan Imperialisme Indonesia di atas tanah Papua sangat panjang. Banyak intimidasi, pembantaian dan pembunuhan dialamai rakyat tak berdosa. Proses pembantaian dan pembunuhan sudah terjadi sejak 1962 hingga saat ini. Proses pembantaian dan pembunuhan yang dilakukan Negara terhadap orang Papua adalah sebagai bentuk pelecehan martabat orang Papua.

Ini tentu ancaman besar yang harus dilihat dengan seksama. Setiap kekerasan baru terjadi di Papua, lahir kekerasan berikutnya, dan hal itu terjadi terus menerus sampai saat ini. Sementara akses publik terkait semua kasus di Papua selalu ditutupi dan kemudian stigmatisasi menjadi opini publik yang turut melegalkan kejahatan kemanusiaan di Papua.

Atas berbagai kejahatan kemanusiaan, Sekjen ULMWP (United Liberation Movement for West Papua), Oktivianus Mote, atas inisiatifnya kemudian mendorong hearing di Amerika Serikat pada bulan September 2010 dan mengundang 6 orang Pemimpin Kolektif Bangsa Papua untuk menyampaikan apa yang terjadi di Papua pada Kongres-men Amerika. Hearing itu berjalan begitu baik. Hasil dari proses tersebut, diminta untuk pentingnya penyatuan Papua dalam berjuang Hak Papua.

Perjuangan itu terus berlanjut dan penyatuan itu pun terjadi dengan lahirnya ULMWP sebagai payung perjuangan Bangsa Papua. Pemimpin ULMWP dimandatkan pada Oktovianus Mote, Sementara Juru Bicara ULMWP adalah Benny Wenda.

ULMWP dibentuk untuk memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Papua yang merdeka, berdaulat dan bebas dari penjajahan di dunia termaksud penjajahan oleh Indonesia. Perjuangan Kemerdekaan Bangsa Papua adalah Perjuangan Kemanusiaan yang sudah saatnya didukung oleh semua pemerhati kemanusiaan di mana saja berada.

Menurut Sekjen ULMWP, “kami berterimakasih pada semua pihak yang menyatakan komitmennya mendukung perjuangan Bangsa Papua untuk menentukan kebebasannya dari penindasan dan pembunuhan yang sudah dilakukan sangat panjang oleh Indonesia di atas Tanah Leluhur Bangsa Papua. Kami berterimakasih atas komitmen semua pihak yang mendukung kemerdekaan Bangsa Papua dari penjajahan Indonesia. Kami juga mengucapkan terima kasih pada seluruh rakyat bangsa Papua yang sudah memberikan mandat pada kami untuk bersama menyatukan tekat dan berjuang bersama demi menyelamatkan bangsa Papua untuk masuk dalam alam Kemerdekaan.