3 Orang
Anggota Brimob Menendang Mobil Yang Disewakan Para Aktivis HAM di Nabire dan Melarang Korban Mengikuti Dialog Bersama Tim DPR Propinsi dan 5 Bupati di Wilayah Meepago
Gambar Brimob / Ilustrasi |
NABIRE, SuaraKaumTakBersuara
– Bertepatan
dengan KLB, 14 Juli 2013, di Gedung GOR Nabire, 18 orang meninggal dunia dan 39
mengalami luka-luka, DPR Pronpinsi membentuk Tim yang melibatkan DPR P, Gereja,
Mahasiswa dan Aktivis HAM untuk melakukan Investigas di Nabire. Tim tersebut
nginap di Hotel RIO.Sementara, 20/07, Mobil yang digunakan Aktivis HAM ditendang 3 Anggota Brimob dan para Korban dan keluara Korban dilarang mengikuti Kegiatan Dialog bersama DPR Propinsi, Gereja, LSM, 5 Bupati, Kapolda, Kapolres dan Dandim, walau tujuan pertemuan tersebut adalah meminta keterangan korban sebagai inti dari pertemuan itu.
Dalam Tim Investigasi yang dibentuk DPR P, Aktivis HAM Yones Douw dan
Pares Wenda dimasukan dalam Tim tersebut, untuk melakukan Investigasi kasus
secara menyeluruh di Nabire atas Kejadian Luar Biasa tersebut. Dalam proses Investigasi yang dilakukan, DPR
P menyewakan sebuah mobil untuk Aktivis HAM agar memperlancar proses
Investigasi.
Agenda DPR P berakhir mengundang 5 Bupati, Kapolda, DPRD Nabire,
Kapolres, Kejaksaan, Dandim 1705, Keluarga Korban Meninggal, Korban Selamat,
Kepala Suku dan Gereja. Dalam Undangan Tersebut, Aktivis HAM, Yones dan Pares
pun diundang untuk mengikuti Dialog tersebut, Sabtu, 20/07/2013.
Saat Aktivis HAM memasuki Halaman DPR D Nabire, Mobil Aktivis HAM
dihalangi oleh Aparat Kepolisian Dalmas Nabire dan Brimob Polda Papua. Tanpa alasan,
Brimob Polda Papua berjumlah 3 orang, menendang Mobil yang dipakai Aktivis HAM.
Kemudian Mobil tersebut masuk dan para Aktivis HAM mengikuti Dialog tersebut.
Dalam Dialog tersebut, Korban diberikan diundang untuk memberikan
kesaksiannya pada saat kejadian, namun pihak Kepolisian Dalmas Nabire bersama
Brimob Polda Papua melakukan penjagaan ketat dan melarang Korban untuk masuk
dalam ruangan tersebut dengan menyuruh mereka ke rumah mereka masing-masing.
Dalam komunikasi selulernya, Yones dan Pares, Aktivis HAM Papua,
menggatakan “kami bingung karena Mobil kami ditendang. Pada hal kami datang
karena diundang bersama dalam Tim untuk melakukan Investigas kasus dan pada
saat yang sama mengikuti undang untuk berdialog bersama 5 Bupati, Korban Polda,
Polres, Dandim dan lainnya. Dan kami juga heran, Korban sebagai kucin dari
pertemuan itu justru dilarang masuk oleh Dalmas dan Berimob”. Dengan penuh
kekecewaan, korban pun harus meninggalkan tempat pertemuan karena dilarang
masuk oleh Dalmas Nabire dan Polda Papua. (Stev***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar