Selasa, 10 September 2013

MARTHEN GOBAI DITEMBAK MATI



Seorang Warga Papua Tewas Akibat Tembusnya Peluru Panas Pada Kepala Korban

Marthen Gobai (30)/ Korban Tembak Mati
N A B I R E, SuaraKaumTakBersuara.com – Morthen Gobai (30thn), tewas ditembusi peluru pada bagian kepala. Ia pun meninggalkan seorang istri dan 3 orang anak. Marthen ditembak dan dibawa ke Rumah Sakit Umum Nabire secara diam-diam dan hanya meninggalkan kebingungan yang mendalam, sementara pelaku penembakan tersebut, diduga dilakukan oleh Polisi. Kasus tersebut terjadi pada Kamis, 5/9/2013, di Kali Semen, SP 2, Wanggar, Kab. Nabire.

Marthen Gobai harus meninggalkan dunia walau belum waktunya tuk harus meninggal, akibat peluru menembusi kepala korban tersebut. Marthen Gobay memiliki 3 orang anak, dan ia pun adalah Pegawa Negeri Sipil. Korban bertempat tinggal di Kali Semen, SP 2, Wanggar, Kabupaten Nabire.

Kronologis Kejadian

5 Sepetember 2013 
pukul 17.00 WIT, Marthen Gobai di telpon oleh seseorang   untuk datang di depan bengkel motor. Setelah terima telpon, korban cepat-cepat pergi memenuhi panggilan itu, dan sebelum pergi, korban berpesan pada Istrinya, saya sudah Pinjam uang Rp 300 000,- ( Tiga Ratus ribu ),  jadi, saya pergi ambil  uang sama Bapak Pokuwai. kalau Bapak Pokuwai kasih pinjam, Rp. 200 000,- Ibu pakai,  Rp 100 000,- simpan untuk saya. Sesudah berkata bahasa itu, Marthen Gobai pergi  memenuhi panggilan  teman yang menelponnya itu.   istrinya langsung menuju ke rumah Pak Pokuwai. Sampaikan di rumah Bapak Pokuwai,  Ibu korban berkata pada Pak Pokuwai, saya datang ambil uang yang Bapak Pinjam. Bapak Pokuwai berkata benar”,  sambil angkat Dompet cabut   Rp.300 000,- , kemudian serahkan kepada ibu Marthen Gobai. Sesudah itu, ibu korban pulang kerumah. Pengunaannya uang itu lakukan seperti permintaan suaminya.


Pukul 19.30 WIT,  Karena Mabuk, Marthen Gobai di antar oleh seorang  anggota Polisi Polsek SP-1,   kebetulan  Polisi tersebut teman sekolah-nya waktu di SMP. Sampai di rumah, Polisi itu memberitahukan kepada Marthen Gobai, “Kamu sudah mabuk jadi tidak boleh keluar  dari rumah ya,  kamu istrahat saja , kalau kamu keluar lalu kamu ribut,  Polisi bisa tembak kamu”.
setelah menyampaikan bahasa itu, Polisi itu kembali ke Kantor Polsek.

 Pukul 21.00 WIT,   Marthen Gobai  melanggar apa yang dipesankan  Polisi yang  telah mengantarnya itu dengan keluar dari rumah  untuk  pergi  ke bagian SP 1. Istri Korban berusaha menghalangi kepergian suaminya dengan mengatakan kamu sudah  mabuk jadi tidak boleh keluar. Kamu ingat  tadi polisi yang antar kamu  bilang  itu. Kalau kamu keluar polisi  bisa di tembak kamu , jadi kamu tidak boleh keluar dari rumah.  Tinggal  dan istrahat sudah!”. Mathen Gobai tetap keluar dari rumah, sementara istrinya  merasa  tidak berhasil menahan   dan yakinkan  suaminya, sehingga   istrinya kejar dari belakang sambil teriak, hei Bapak, ini malam jadi mari kita kembali!”  Istri korban berkali-kali meneriakin suaminya, tetapi  Korban hanya berjata kamu yang kembali ke rumah. sepanjang jalan itu, istrinya  dengan  teriak sampaikan bahwa mari kita kembali sudah, tetapi suaminya cuek dan jalan terus tetapi.  istrinya tetap terus mengikuti suaminya  dari belakang.  Saat jarak ke Polsek hanya 20 Meter, istrinya melihat suaminya tidak melihat ke belakang lagi dan tetap  jalan terus.  Istri korban kemudian kembali ke rumah. Menurut Keterangan Istri korban bulu badan saya berdiri dan muncul perasaan tidak enak, tidak enaknya itu  jangan-jangan polisi tembak saya lagi, lebih baik saya  kembali kerumah.  Istri korban  kembali dari  jarak 15 meter   dari tempat berdirinya menuju Polsek, sementara  suaminya,  Alm Marthen  Gobai,  sudah mendekati  kantor polsek.
 Istrinya  tibah  di rumah  memberitahukan  kepada adik-adik dan saudara-saudaranya  bahwa saya  (istrinya) tinggalkan Dia di depan polsek jadi kamu pergi cari sudah.

Pukul 22. 20 WIT , Adik-adik bersama saudara-saudaranya pergi  mencari  korban. Mereka keliling mencari korban di  jalan raya wanggar, di sekitar Kali semen, rumah teman, rumah keluarga   dan seluruh  gang-gang jalan  sp 1 dan sp 2  tetapi tidak menemukan korban.  Di perempatan SP 1, mereka melihat masyarakat pendatang keluar rumah, lalu diskusi kelompok-kelompok,  sebelumnya itu terjadi sesuatu , namun keluarga tidak tanya kepada warga pendatang yang berkelompok itu. Tetapi mereka lanjut mencari di bagian yang belum mereka cari, namun tidak juga menemukan korban. Pencarian selama  1 jam 30 menit  tetapi mereka  tidak ketemu juga. Karena tidak ketemua Mereka pun pulang ke Rumah. Jarak  dari rumah  Alm Marthen Gobai Ke Polsek kurang lebih 300 meter.  


6 Septermber 2013
Pukul 00.30 WIT,  Seorang Ibu orang asli Papua ( tidak mau sebut nama )  yang menjaga keluarganya yang sedang Opname di ruang UGD RSUD, keluar mengambil angin di depan pintu masuk  UGD sambil  berdiri-berdiri, tiba-tibah,  Mobil Patroli  milik Polisi   masuk di depan UGD.   Polisi menurunkan  manusia, yang di bagian kepala sampai batas perut,  di isi dalam karung plastik  putih, kemudian dibawa    masukan di  UGD, di bagian ruang operasi. Sesudah memasukan manusia yang tewas itu, Polisi-polisi tersebut meninggalkan RSUD  Siriwini dan kembali pulang. Korban dimasukan untuk  di Visum luar. Setelah itu, mayat diantar diruang mayat.

Pukul: 09 00 WIT,  keluarga  mendapat laporan dari Polisi Bahwa Marthen Gobai  ada di Rumah Mayat di  RSUD Siriwini . Keluarga kaget  dan langsung menuju  ke ruang mayat  RSUD Siriwini. sampai di ruang mayat, benar mayat berbaring  di atas meja. keluarga  bersama aktivis HAM memeriksa tubuh korban. Tubuh korban tidak mengalami luka atau lecet dibagian baik luka tikam  maupun  luka bentuk lainnya,  hanya saja,  di bagian kiri  kepala  ada luka tembak, Luka tembak  masuk di alis mata bagian  kiri atas,  tembus bagian otak kecil bagian kiri kemudian terbongkar besar. Seluruh isi sum-sum otak terlempar keluar, sehingga di dalam otak sum-sum kosong, hanya kelihatan tulang otak dan  bungkus  sum-sum otak itulah yang keluar, tergantung di atas kulit kepala.

Keluarga korban  pergi minta hasil visum luar kepada dokter  yang memeriksa Marthen Gobai,  tetapi dokter tersebut mengatakan, saya tidak berani kasih keluar tanpa seijin polisi. Lalu keluarga mengatakan kami ini keluarga korban yang harus mendapat surat keterangan visum itu, namun Dokter tetap tidak mau menyerahkan surat keterangan visum itu.

Pukul 11.00 WIT, keluarga berkomitmen,  mayat korban harus dipikul  jalan kaki dengan rute dari  rumah sakit menuju ke Polres guna meminta “Pertanggungjawaban Polisi atas kematian  Marthen Gobai , karena polisi yang tembak mati di Polsek sp 1. Namun kesepakatan keluarga untuk memikul korban dengan jalan kaki itu, di Tolak  Yehuda Gobai Sth,Msi ( ketua I DPRD Nabire ).  Alasan Yahuda, kondisi keamanan di Nabire akhir-akhir ini tidak bagus , sehingga mayat harus diantar dengan menggunakan Mobil Jenazah  ke Rumah Korban di SP 2. Keluarga Setujuh, dan korban diantar dengan mobil  Jenazah ke Rumah Dukanya.
   
07  September 2013
Pukul 17.00 WIT, Keluarga korban mengadakan upacara pemakanan di kali semen sp2 Nabire.








Kronologis oleh: Marthen Goo


1 komentar:

  1. para polisi polisi itu pukimain..............fuck offffffffffff kalian.................polisi pecundang.........karalhooooooooooo

    BalasHapus