Seorang
Warga Papua Tewas Akibat Tembusnya Peluru Panas Pada Kepala Korban
Marthen Gobai (30)/ Korban Tembak Mati |
N A B I R E, SuaraKaumTakBersuara.com – Morthen Gobai (30thn), tewas ditembusi peluru pada bagian kepala. Ia pun
meninggalkan seorang istri dan 3 orang anak. Marthen ditembak dan dibawa ke
Rumah Sakit Umum Nabire secara diam-diam dan hanya meninggalkan kebingungan
yang mendalam, sementara pelaku penembakan tersebut, diduga dilakukan oleh
Polisi. Kasus tersebut terjadi pada Kamis, 5/9/2013, di Kali Semen, SP 2, Wanggar,
Kab. Nabire.
Marthen Gobai harus meninggalkan
dunia walau belum waktunya tuk harus meninggal, akibat peluru menembusi kepala
korban tersebut. Marthen Gobay memiliki 3 orang anak, dan ia pun adalah Pegawa
Negeri Sipil. Korban bertempat tinggal di Kali Semen, SP 2, Wanggar, Kabupaten
Nabire.
Kronologis Kejadian
Kronologis Kejadian
5 Sepetember 2013
pukul 17.00 WIT, Marthen Gobai di
telpon oleh seseorang untuk datang di depan bengkel
motor. Setelah
terima telpon, korban cepat-cepat pergi memenuhi panggilan itu, dan sebelum pergi, korban berpesan pada Istrinya, “saya sudah Pinjam
uang Rp 300 000,- ( Tiga Ratus ribu ), jadi, saya pergi ambil uang sama Bapak Pokuwai. kalau Bapak Pokuwai kasih pinjam, Rp. 200 000,- Ibu
pakai, Rp 100 000,- simpan untuk saya. Sesudah
berkata bahasa itu, Marthen Gobai pergi memenuhi panggilan teman yang menelponnya itu. istrinya langsung menuju ke rumah
Pak
Pokuwai. Sampaikan di rumah Bapak Pokuwai, Ibu korban berkata pada Pak Pokuwai, saya datang ambil
uang yang Bapak Pinjam. Bapak Pokuwai berkata “benar”, sambil angkat Dompet cabut Rp.300 000,- , kemudian serahkan kepada ibu
Marthen Gobai. Sesudah itu, ibu korban
pulang
kerumah. Pengunaannya uang itu lakukan seperti permintaan suaminya.
Pukul 19.30 WIT, Karena Mabuk, Marthen Gobai di antar oleh seorang anggota Polisi Polsek SP-1, kebetulan Polisi tersebut teman sekolah-nya waktu di SMP. Sampai
di rumah, Polisi itu memberitahukan kepada Marthen Gobai, “Kamu sudah mabuk jadi
tidak boleh keluar dari rumah ya, kamu istrahat saja , kalau kamu keluar lalu
kamu ribut, Polisi bisa tembak
kamu”.
setelah menyampaikan
bahasa itu, Polisi itu kembali ke Kantor Polsek.
Pukul 21.00 WIT, Marthen
Gobai melanggar apa yang dipesankan Polisi yang
telah mengantarnya itu dengan keluar dari rumah untuk
pergi ke bagian SP 1. Istri
Korban berusaha menghalangi kepergian suaminya dengan mengatakan “kamu sudah mabuk jadi tidak boleh keluar. Kamu
ingat tadi polisi yang antar kamu bilang itu. Kalau kamu keluar
polisi bisa di tembak kamu , jadi kamu
tidak boleh keluar dari rumah. Tinggal dan istrahat sudah!”. Mathen Gobai tetap keluar
dari rumah, sementara istrinya merasa tidak berhasil menahan dan
yakinkan suaminya, sehingga istrinya kejar dari belakang sambil teriak, “hei Bapak, ini malam jadi mari
kita kembali!” Istri korban berkali-kali
meneriakin suaminya, tetapi Korban
hanya berjata “kamu yang kembali ke rumah”. sepanjang jalan itu, istrinya dengan
teriak sampaikan bahwa mari kita kembali sudah, tetapi suaminya cuek
dan jalan
terus tetapi. istrinya tetap
terus mengikuti suaminya dari belakang. Saat jarak ke Polsek hanya
20 Meter, istrinya
melihat suaminya tidak melihat ke belakang
lagi dan tetap jalan terus. Istri korban kemudian
kembali ke rumah. Menurut Keterangan Istri korban “bulu badan
saya
berdiri dan muncul perasaan tidak enak, tidak enaknya itu jangan-jangan polisi tembak saya lagi, lebih baik saya kembali kerumah”. Istri korban kembali dari jarak 15 meter
dari
tempat berdirinya menuju Polsek, sementara suaminya, Alm Marthen
Gobai, sudah
mendekati kantor polsek.
Istrinya
tibah di
rumah memberitahukan kepada adik-adik dan saudara-saudaranya bahwa saya
(istrinya) tinggalkan Dia di depan polsek jadi kamu
pergi cari sudah.
Pukul 22. 20 WIT , Adik-adik bersama
saudara-saudaranya pergi mencari korban. Mereka keliling
mencari korban di jalan raya wanggar, di sekitar Kali
semen, rumah teman, rumah keluarga dan
seluruh gang-gang jalan sp 1 dan sp 2 tetapi tidak menemukan korban. Di perempatan SP 1, mereka melihat
masyarakat pendatang keluar rumah, lalu diskusi
kelompok-kelompok, sebelumnya
itu terjadi sesuatu , namun keluarga tidak tanya kepada warga pendatang yang
berkelompok itu. Tetapi mereka lanjut mencari di bagian yang
belum mereka cari, namun tidak juga menemukan korban. Pencarian selama 1 jam 30 menit
tetapi mereka tidak ketemu
juga. Karena tidak ketemua Mereka pun pulang ke Rumah. Jarak dari rumah Alm Marthen Gobai Ke Polsek kurang lebih 300
meter.
6 Septermber 2013
Pukul 00.30 WIT, Seorang Ibu orang asli Papua (
tidak mau sebut nama ) yang menjaga
keluarganya yang sedang Opname di ruang UGD RSUD, keluar mengambil
angin di depan pintu masuk UGD
sambil berdiri-berdiri,
tiba-tibah, Mobil Patroli milik Polisi masuk
di depan UGD. Polisi menurunkan manusia, yang di bagian kepala sampai
batas perut, di isi dalam
karung plastik putih,
kemudian
dibawa masukan
di UGD, di bagian ruang
operasi. Sesudah memasukan manusia yang tewas itu, Polisi-polisi
tersebut meninggalkan RSUD Siriwini dan kembali pulang.
Korban dimasukan untuk di Visum luar. Setelah
itu,
mayat diantar diruang mayat.
Pukul: 09 00 WIT, keluarga
mendapat laporan dari Polisi Bahwa Marthen Gobai ada di Rumah Mayat di RSUD Siriwini . Keluarga kaget dan langsung menuju ke ruang mayat RSUD Siriwini. sampai di ruang
mayat, benar
mayat berbaring di atas meja. keluarga bersama aktivis HAM memeriksa tubuh korban.
Tubuh korban tidak
mengalami luka atau lecet dibagian baik luka tikam
maupun luka bentuk lainnya, hanya saja, di bagian kiri kepala ada luka tembak, Luka tembak masuk di alis mata bagian kiri atas, tembus bagian otak kecil bagian kiri kemudian
terbongkar
besar. Seluruh
isi sum-sum otak terlempar keluar, sehingga di dalam otak
sum-sum kosong, hanya kelihatan tulang otak dan bungkus sum-sum otak itulah yang keluar, tergantung di atas
kulit kepala.
Keluarga korban pergi minta hasil visum luar kepada
dokter yang memeriksa Marthen Gobai, tetapi dokter tersebut mengatakan, saya tidak berani
kasih keluar tanpa seijin polisi. Lalu keluarga
mengatakan kami ini keluarga korban yang harus mendapat surat
keterangan visum itu, namun Dokter tetap tidak mau menyerahkan surat keterangan
visum itu.
Pukul 11.00 WIT, keluarga
berkomitmen, mayat korban harus dipikul jalan kaki dengan rute dari rumah sakit menuju ke Polres guna
meminta “Pertanggungjawaban
Polisi atas kematian
Marthen Gobai , karena polisi yang tembak mati di Polsek sp 1”. Namun kesepakatan
keluarga untuk memikul korban dengan jalan kaki itu, di
Tolak Yehuda Gobai Sth,Msi ( ketua I
DPRD Nabire ). Alasan
Yahuda, kondisi
keamanan di Nabire akhir-akhir ini tidak bagus , sehingga mayat
harus diantar dengan menggunakan Mobil Jenazah ke Rumah
Korban
di SP 2. Keluarga Setujuh,
dan korban diantar dengan mobil Jenazah ke
Rumah Dukanya.
07 September
2013
Pukul 17.00 WIT,
Keluarga korban mengadakan upacara pemakanan di kali semen sp2 Nabire.
Kronologis oleh: Marthen Goo
para polisi polisi itu pukimain..............fuck offffffffffff kalian.................polisi pecundang.........karalhooooooooooo
BalasHapus