Di Hari Demokrasi, Saat Memperingati Hari Demokrasi Internasional, 14 Massa Aksi Ditangkap Dan Dipukul Hingga Babak Belur
Aksi Demo Damai yang dikoordinir KNPB dalam rangka peringatan Hari Demorasi Internasional 16 September, mengakibatkan penangkapan 14 aktivis PRD KNPB. Mereka dipukuli hingga babak belur oleh
TNI / Polri. Bahkan, aksi dalam rangka memperingati demokrasi
internasional itu harus dilakukan secara damai dan bermartabat, namun Aparat tidak melihat hari Demorasi sebagai ajang peringatan yang harus dihormati semua insan di dunia.
Menurut pemantauan, protes damai yang dimulai di tiga titik kumpul, dikuasai oleh polisi dan tentara Indonesia sejak pagi. Setiap massa aksi yang berkumpul dibeberapa titik, dibubarkan oleh Polisi dan beberapa dari mereka ditangkap dengan alasan yang tidak jelas.
Sebanyak 14 dari mereka yang ditangkap, dipukuli. Mereka yang dipukul, di antaranya adalah: Otto Kudiai, Yafet Keiya, Anipa Pigai, Agustina, dan Julian Nawipa. Mereka mengalami pukulan berat, akibatnya, bibir robek, dahi dan mata
bengkak.
Koordinator arah
Siriwini, Deserius Goo dan Yafet Keiya yang mengkoordinir massa di Pasar Karang pun ditangkap. Semua peralatan aksi disita oleh Polisi
14 orang yang ditangkap kemudian dibebaskan setelah mendapatkan pukulan yang membuat muka mereka tak bentuk lagi. Menurut beberapa anggota KNPB, 14 orang tersebut dibebaskan dari kantor Polisi atas desakan dari Ketua Parlemen Nabire, wilayah Meepago, Abel Nawipa. Dalam pengaduan tersebut, Abel mengatakan, aksi ini hanya untuk memperingati hari Demokrasi Internasional, dan aksi ini dilakukan dari sorong sampai samarai, tidak hanya di Nabire.
Sesungguhnya, aksi Memperingati Demokrasi Internasional adalah aksi terhadap pentingnya Demokrasi di mana saja, sehingga semua orang di dunia harus menyatakan penghargaannya terhadap nilai kemanusiaan, namun Polisi di Nabire terlihat brutal dan tidak menghargai penghormatan terhadap hari Demokrasi Sedunia di Papua, Khususnya di Nabire.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar