Laju-nya Kekerasan Yang Mematikan Warga Tak Berdosa, Sesungguhnya Mempercepat Punahnya Orang Asli Papua
SuaraKaumTakBersuara
– disela-sela jutaan orang mengharapkan kepemimpinan baru Jokowi-JK
memberikan
angin segar bagi rakyat kecil, disela-sela itu pun, kekerasan di Papua tetap
terus berlangsung. Kekerasan yang hanya mengorbankan rakyat tak berdosa, hanya
membuat rakyat Papua tidak nyaman untuk hidup dalam Negara Kesatuan Indonesia.
![]() |
Marthen Goo |
Pemerintahan
baru akan bergulir. Tongkat komando akan dipegang oleh Jokowi, namun sampai
saat ini, belum ada orang yang bisa menjamin akan ada perubahan yang siknifikan
di Papua. Hampir semua baru sebatas berharap dan berasumsi akan ada proteksi di
Papua.
Dalam catatan KontraS,
sepanjang Januari – Juni 2014
saja, setidaknya terjadi 66 [enam puluh enam] peristiwa
kekerasan; 26 [dua puluh enam] peristiwa dilakukan oleh anggota POLRI, 6 [enam]
peristiwa oleh pihak TNI dan 21 [dua puluh satu] peristiwa dilakukan oleh OTK. Sedangkan pada Januari – Desember 2013, setidaknya
terjadi 110 [seratus sepuluh] peristiwa kekerasan dengan jumlah korban sebanyak
518 [lima ratus delapan belas] orang; 28 [dua puluh delapan] peristiwa dilakukan
oleh anggota POLRI, 16 [enam belas] peristiwa dilakukan oleh anggota TNI, dan
33 [tiga puluh tiga] peristiwa dilakukan oleh orang tak dikenal [OTK].
Menurut Marthen Goo, “di Papua, banyak sekali
kepentingan. Kepentingan tidak hanya secara terstruktur tapi juga sampai pada
kepentingan berlapis seperti kusutan benang. Kita bisa lihat dari dipaksakan
lahir-nya Otsus saja, tidak ada niat baik Pemerintah Pusat untuk
meng-implementasikan UU tersebut. Hal itu bisa dilihat dengan lahirnya dualisme
Pemerintahan Propinsi dan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dan buruknya lagi,
tiap perdasus yang dibuat sebagai upaya proteksi terhadap orang asli Papua,
justru dicoret semua oleh Kemendagri”.
Tambahnya, “jika UU saja dilanggar dan tidak ada
Implementasi yang baik dan benar, maka, harus ada kebijakan yang lebih dari UU,
agar ada komitmen bersama membangun Papua. Dan tentu, hal yang lebih dari UU
adalah Komitmen Politik. Komitmen Politik itu bisa dibangun berdasarkan
kesepakatan bersama melalui Dialog Jakarta-Papua. Jika Pemerintah tidak punya
niat untuk membuka ruang Dialog sebagai upaya damai dalam mencari Solusi damai,
maka, tentu, Pemerintah menginginkan kepunahan orang Papua terjadi”. (Stev)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar