Rabu, 21 Mei 2014

SOLIDARITAS MAHASISWA PAPUA AKSI DI BUNDARAN HI, ISTANA PRESIDEN & KANTOR FREE-PORT



Ratusan Mahasiswa Papua Membanjiri Bundaran HI, Istana Negara dan Kantor Free Port Jakarta


Aksi di depan Istana Negara
SKTB,Jakarta -  Selasa, 20/5/2014, ratusan mahasiswa Papua yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Papua melakukan aksi di Bundaran HI, di depan Istana Negara, dan di Kantor Freeport. Aksi tersebut terkait konflik horizontal di Timiki yang sudah mengorbankan belasan warga sipil, sementara aparat hanya diam menyaksikan konflik tersebut.

Pada akhir bulan Maret, tokoh gereja, Dr. Pdt. Benny Giay say hendak menjumpai jemaat-nya untuk mendamaikan konflik yang terjadi, Pdt. Benny justri dihadang oleh Aparat Kepolisian Indonesia dan tidak mengijinkan-nya tuk menjumpai jemaatnya. Sementara, Aparat kepolisian hanya memalang jalan masuk ke TKP. Sangat terlihat kalau konflik itu dipelihara juga oleh aparat.

Aksi yang dilakukan oleh Solidaritas dari pukul 08.30 pagi hari di Bundaran HI dan kemudian dilanjutkan ke istana dan akhirnya tibah di Kantor Freeport jam 12.30, terpaksa harus membuat massa aksi melombati pagar kantor Freeport karena Pagar Freeport dikunci dan keamanan setempat melarang massa aksi memasuki kantor Freeport. Massa aksi yang melakukan aksi tersebut, meminta pimpinnan Freeport harus menjumpai mereka.
Massa Aksi saat di jalan raya, di depan Kantor Freeport


Saat tibah di Kantor Freeport, massa aksi melakukan orasi-orasi sambil menunggu Pemimpin Freeport menjumpai mereka. Menurut Koordinator lapangan, “Negara telah gagal melindungi hak hidup manusia Papua di Kabupaten Mimika Khususnya dan di Papua secara umum”.
Sementara itu, seorang Orator dari Kota Study Jakarta dalam orasinya mengatakan “Kapolda Papua tidak berhasil dan Kapolda Papua harus dicopot”.
Aksi di depan kanotr Frrport


Dalam permintaan pertemuan tersebut, Freeport menyuruh anak-anak Papua yang kerja di Freeport untuk menjumpai massa aksi. Massa aksi menolak mereka. Seorang orator berkata, “kalian itu orang Papua. Kalian itu juga korban. Semestinya kalian bersama kami tuntut Freeport”.  Kemudian massa aksi meminta pada orang Papua yang kerja di Freeport untuk memanggil atasan mereka. Waktu yang diberikan untuk menghadiri pemimpin Freeport adalah 15 menit.

Setelah 15 menit, massa aksi terbakar emosi. Pada pukul 13.25, massa aksi merasa ditipu karena Pemimpin Freeport tidak juga hadir, akibatnya, massa aksi melakukan dorong-dorongan terhadap aparat yang ada di situ (di depan pintu), dan massa melakukan pembongkaran terhadap pintu gedung Freeport. Setelah melakukan pembongkarang pintu, massa aksi kemudian duduk diam sambil menunggu Pemimpin Freeport tibah di tempat. Tak lama kemudian, Polisi dengan pengaman peluru masuk dan memblokade pintu masuk.

14.00 Wib, pemimpin Freeport menemui massa aksi dan posisi pemimpin Freeport dikurung oleh Polisi karena ketakutan, seakan massa aksi akan menggigitnya dan membunuhnya. Kemudian Pemimpin Freeport menerima pernyataan sikap dari massa aksi dan berkata “kami akan melanjutkan pernohonan solidaritas”. Setelah mendengar pernyataan tersebut, massa aksi kemudian meninggalkan Kantor Freeport.
Blokade Polisi di depan Pintu Masuk



Dalam aksi tersebut, mahasiswa menuntut kepada pihak Freeport dan Negara tuk menyelesaikan masalah di Mimika, Papua. Tuntutan yang dituntut adalah: “Hentikan Konflik horizontal di Timiki tidak, jika tidak, akan didorong Boikot Pilpres; Hentikan Konflik horizontak di Timika jika tidak, Solidaritas akan mendorong Penutupan PT. Freeport; Pemerintah pusat segera lakukan intervensi terhadap pemerintah Propinsi, Kabupaten dan TNI/Polri terkait penyelesaian konflik di Timika Papua; Segera usut tuntas dalang dibalik konflik yang terjadi di Mimika Papua”. (Stev B)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar