Saat itu, hujan makin gerimis. Senyap pun seakan merangkul Jakarta.
Kami duduk di sudut kota, bisikan pun makin terasa, itulah titihan air hujan
mengetok atap seng, yang saat itu berjejer rapih ditindis pakuan.
Kami saling bertatap satu dengan yang lain. Semangat pun menjiwai kami,
seakan hanya kami yang menentukan perubahan dan kehidupan di Negara yang
caruk-maruk ini.
Terdengar suara bisik dari seorang teman yang berasal dari Sumater, “Kawan, saya tak tegah melihat rakyat
Papua dibantai dan dibunuh. Ini pelecehan terhadap nilai kemanusiaan”. Sementara itu, satu teman
yang lain, yang berasal dari Bogor pun menyambung suaranya, “Kami harus lakukan sesuatu untuk
menyelamatkan rakyat Papua”. Suara lantang pun ke luar dari seorang teman yang dari makasar “Kalian Harus Merdeka, kalau kalian tidak
merdeka, kalian orang Papua akan punah”.
Diskusi yang elok pun berlanjut. Seorang Wanita
dengan Nada rendah pun menguluskan suara merdunya dengan berkata “Sangat sedih kalau melihat masalah di
Papua. Ini sangat tidak adil. Kita harus bersuara untuk saudara-saudara du
Papua”.
Mereka menunjukan kepeduliannya pada Papua. Mereka pun melakukan
kampanye tentang Papua. Bagi mereka, soal kemanusiaan adalah soal Prinsip yang
tak boleh ada Kompromi.
Syair Iwan Fals pun berbisik di Balik Speaker. Gendang syair
mengiramakan alur diskusi kami, seakan mengajak kami untuk lebih kuat dan
bersatu paduh melawan penindasan.
Mereka yang bukan orang Papua, menunjukan besar hatinya pada rakyat
Papua yang mengalami jajahan dan intimidasi sejak 1962 hingga kini. Tentu ini
ajakan yang luar biasa bagi semua orang Papua, terlebih khusus Pejabat-pejabat
Papua untuk melihat soal masyarakat dan bergandengan tangan bersama untuk
melawan kejahatan kemanusiaan di tanah Papua.
Tentu ini ajakan yang luar biasa, karena ajakan ini pun menunjukan,
soal kemanusiaan, orang Papua tidak sendiri, tapi ada orang lain yang juga
selalu bersuara untuk masalah di Papua. Ada orang lain yang bukan orang Papua,
yang selalu menadah terik mentari dan bersuara dengan suara lantang hanya untuk
Papua.
Kini, ingin ku rangkai jutaan kata hanya untuk meyakinkan bawah ada
mereka yang bersuara untuk suara rakyat tertindas, namun jari ini terasa kakuh
tuk menulisnya, seakan dibelenggu perasaan di luar ke sadaran yang tinggi. Hanya
ucapan Apresiasi pada mereka yang tanpa lelah menyuarakan perlawanan terhadap
kejahatan kemanusiaan.
Dia yang tlah mengadakan aku, kamu dan mereka pun tak tidur, tidak
juga buta. DIA hanya selalu tersenyum pada mereka yang menunjukan kebesaran
hatinya pada rakyat terindas. DIA pun tentu bangga bagi mereka yang mampu
menyentuh dinding hati-NYA dengan sentuhan kasih dan kepedulian pada mereka
yang membutuhkan keadilan.
Ku bangga diri-mu, walai sahabat kemanusiaan ku. Ku bangga diri-mu
karena engkau mampu membuat Sang KHALIK tersenyum karena komitmen dan prinsip
kasih dan cinta mu pada sesama.
Moga jejak langkah mu saat ini, bisa diikuti jejak langkah yang lain
tuk menyuarakan keselamatan rakyat Papua yang kini diambang kepunahan.
Di Sudut Kota Jakarta
Di Balik Reruntuhan
Debuh
Jakarta, 23/02/2015
Marthen Goo
(082399074842/PIN:27651EAF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar