Jumat, 28 November 2014

PT. FREEPORT MERUSAK KERAK BUMI PAPUA


Ini Gambar Under Ground yang dibuat PT. Freeport

Freeport memakai alat-alat berat untuk membongkar kerak bumi dan membuat terowongan di dalam-nya. Hampir jutaan Hektar sudah dibuat hancur oleh Freeport.

Pada foto di atas adalah sebuah contoh alat bernama "JUMBO". Alat itu mendrill batu-batu untuk membuat trowongan. Trowongan itu dibuat untuk membongkar batu-batuan dan mengambil Emas yang terdapat di dalam endapan batuan.

Freeport sudah membuat trowongan di dalam kerak bumi sejak 1967, setelah dibuat kontrak kerja. Jika dikalkulasi jumlah waktu dan jumlah jarak penggalian, tentu trowongan dalam kerak bumi sangat jauh dan luas.

Aneh-nya, Indonesia yang melakukan kontrak kerja dengan Freeport justru mengabaikan tindakan yang merusak kerak bumi Papua. Negara masa bodoh dan membiarkan hal itu terjadi.

Dikawatirkan, jika terjadi "Gempa Bumi" dengan kekuatan yang besar, Papua bisa terbagi menjadi dua atau tiga atau bahkan lebih pulau karena terowongan pada kerak Bumi tersebut. di kawatirkan, semua kampung yang ada di atas terowongan tersebut akan tenggelam dan akan mengorbankan ribuan rakyat tak berdosa.

Ada dua ancaman besar, di mana rakyat dibunuh oleh kekuatan Negara melalui sistem dan Timah Panas tapi juga AMerika melalui Freeport-nya akan menenggelamkan Papua melalui banyak-nya terowongan yang dibuat di dalam tanah.

Sangat menyedihkan, di mana anak-anak Papua yang kerja di Freeport tidak melihat hal ini sebagai ancaman. Banyak pribadi anak-anak Papua yang kerja di Freeport merasa senang dan terkadang masih terlihat menonjolkan ego dan gaya-nya tanpa menunjukan kesadaran intelektual yang kritis dan mengkritisi apa yang terjadi dengan alam dan akan mengahncurkan Papua dan rakyat mereka.

Jika Negara malas tahu dengan situasi seperti itu, menunjukan kalau Negara ingin memunahkan keasli Papua, apalagi upaya damai seperti Dialog tidak perna digelar dan bahkan Negara terlihat memelihara kejahatan kemanusiaan di Papua.

Ini harus dikritisi, dilihat sebagai ancaman dan harus dilakukan perlawanan demi penyelamatan tanah leluhur Papua dan rakyat Papua.



Penulis: Marthen Goo (aktivis kemanusiaan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar