KENAPA EKONOMI
BAGI WARGA ASLI PAPUA SANGAT BURUK DAN MENGALAMI MARJINALISASI YANG
BRUTAL....???
Ekonomi tentu dikenal sebagai ukuran kemajuan
suatu daerah, suku atau kelompok tertentu, bahkan merupakan kemajuan sebuah Bangsa.
Tentu dalam perekonomian, banyak hal menjadi ukuran akan kemajuan dari proses
pertumbuhan perekonomian tersebut. Sarana penunjang pertumbuhan perekonomian
ternyata memiliki pengaruh besar, seperti Pasar, Sistem pemasaran, sampai sasaran
pemasaran yang tepat.
Di luar dari Papua, seperti di Jawa, Pasar
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi rakyat sangat ril, dan bahkan ada pasar
rakyat yang dibangun oleh Pemerintah. Pemerintah juga berfungsi sebagai agen
dan sarana dalam mendistribusikan hasil rakyat di Jawa. Banyak sekali Koperasi
Unit yang menopang kemajuan Rakyat. Sistem pamasaran juga sangat jelas dan
sasaran Pemasaran tertuju.
Lebih dari itu, Sistem Pemasaran mengikuti
dinamika global atau dunia.
Bagimana
dengan Papua...???
Papua bukan tidak bisa, bukan juga gagal,
tapi dibuat tidak bisa dan dibuat gagal oleh situasi dan resim Serta Sistem
Negara.
FAKTOR PENGHAMBAT PEREKONOMIAN RAKYAT PAPUA:
(1). RASA AMAN
Mama-mama dan masyarakat umumnya di
Kampung-kampung dulu rajin skali membuat kebun, dan menghasilkan hasil Bumi
yang sangat gemilang. Sistem kerja mereka pun terarah. Kebiasaan masyarakat
saat harus ke Kebun, saat matahari mulai menunjukan wajahnya, mereka pun
melangkah lebih cepat ke Kebun untuk melakukan aktivitas mereka di kebun.
Masyarakat Papua selalu di Kebun Jam 6 Pagi sampai jam 18.00 (6 Sore).
Waktu yang begitu lama mereka di Kebun. Di mana,
mereka mampu membersihkan kebun-kebun yang sangat luas, dan melakukan penanam
serta pemanenan. Dan hari-hari mereka lewati dengan semangat kerja yang tinggi.
Hanya pada hari minggu mereka harus mengurangi waktu kerja mereka di Kebun. Ada
yang biasanya ke kebun setelah ibadah, dan lainnya.
Kebiasaan itu sirna semenjak Aparat Negara
masuk kebun-kebun, semenjak banyak perempuan diperkosa dan semenjak banyak yang
hilang dan tidak diketemukan, masyarakat dan mama-mama jadi takut ke Kebun.
walau pun mereka ke kebun, waktunya hanya 1 atau 2 jam, itu pun pada jam
11,12,13 siang, dan kemudian pulang. Ini faktor yang sangat menghambat
kehidupan rakyat di Papua. Saat mereka harus makan dari hasil kebun, mereka pun
kadang mulai bingung harus kemana, sementara beras raskin seakan mengajak
mereka juga untuk tidak berpikir akan kehidupan mereka di kebun.
(2). STIGMATISASI
Semenjak ada Stigma yang menekankan "Orang Papua Bodok, Orang Papua tidak
mampu, Orang Papua Separatis dan Makar", membuat Bank menutupi diri pada
masyarakat, dan kemudian membuka ruang bagi Non-Papua untuk menguasai Ekonomi
sektoral. dan ini tentu bagian dari Diskriminasi Ekonomi yang sangat tinggi.
Upaya Stigmatisa ini sampai sekarang terus dipelihara oleh Oknum yang memang
menghendaki ekonomi rakyat Papua makin buruk dan hancur.
(3) DISKRIMINASI
(a)). Pertama kali Trans masuk di Papua,
mereka difasilitasi oleh Negara. Mereka diberi lahan (Negara Merampas Tanah
Adat yang daerahnya strategis dan subur), kemudian Negara membuat Irigasi,
Negara membuat jalan menuju Kebon, Negara menyiapkan Pasar, Negara menyiapkan
transportasi pengangkutan hasil Bumi. dengan demikian, Para Trans memiliki
jalur ekonomi yang baik dan pertumbuhannya juga pesat.
Sementara orang asli Papua, dari satu gunung ke gunung yang lain. tidak ada transportasi. beban angkut ke Pasar mengandalkan fisik dari satu gunung ke gunung yang lain. akibatnya hasil Bumi pun mengalami kerusakan atau layu. tentu, dari proses persaingan menurun. Belum lagi, karena beban fisik yang besar, kadang ketika rakyat sakit, mereka harus ke rumah sakit dan membayar uang berobat lebih besar dari pendapatan mereka. Belum lagi angkot/kendaraan dari rumah mereka ke rumah sakit. Di mana, rumah sakit, sekolah dan fasilitas lainnya hanya difokuskan pada kawasan transmigrasi.
(b)). Stigmatisasi yang panjang, tentu sebagai upaya pengalihan kepercayaan kepada Non-Papua.
(c)). Tidak adannya pendidikan pemasaran, fasilitas pemasaran, sampai dengan tujuan pemasaran pada masyararak lokal, sementara yang dari luar justru ditopang dan memiliki skil penunjang lainnya dengan dilindungi kebebasan mereka oleh Negara.
(4). SALING CURIGA
Pejabat Papua saja, masih lebih percaya Orang
Non-Papua dari pada mempercayai orang Papua. Mereka masih lebih percaya orang
Non-Papua yang tidak berpendidikan dari pada orang Papua yang berpendidikan,
apalagi yang tidak berpendidikan.
Ada satu cara pandang yang buruk, yang menjiwai orang Papua. sehingga, pejabat Papua terlihat jelas dengan acuh tak acuh pada rakyatnya sendiri.
Kasus Pasar mama-mama Papua di Jayapura, bisa
dilihat. Jaman Gubernur Bas Suebu, dengan muda Bas berkata "Mulut saya
SK", tapi sampai dia turun, pasar tidak perna dibuat. Lukas Enembe pun
tidak terlihat niatnya bangun Pasar. DPR-P selalu lari saat mama-mama Papua
aksi di DPR-P.
MR Kambu saat menjadi Walikota, dia
menunjukan kebodohannya dengan berkata "Mama-mama itu tidak mendatangkan
pendapatan daerah" Roko-ruko dinilai sebagai pembangunan stratgis yang
bisa mendatangkan pendapatan daerah.
Selain hal di atas, ada hal buruk lain adalah,
ketika Pejabat Daerah hendak membangun rakyat, mereka distigma membangun
Separatis. Stigma ini juga bagian dari cara resim untuk memaksa Pejabat Daerah
tidak mempercayai rakyat mereka. Dan kadang hal itu juga membuat mereka takut
distigma dan akibatnya tidak perna membangun rakyat.
(5). KEKERASAN
Kekerasan di Papua sangat tinggi, akibatnya,
fokus pada pertumbuhan ekonomi pun hilang. Kekerasan ini datangnya dari Negara
terhadap Rakyat, Rakyat dengan Rakyat, bahkan Sang Bapak kepada Sang Mama
(KDART).
Jika kekerasan itu datang dalam keluarga, itu
tidak terlalu berdampak sangat buruk, karena Mama-mama walau pun mengalami
KDART, mereka masih mampu mengelolah waktu untuk menghasilkan pendapatan mereka
demi kehidupan keluarga. Atau kalau hal itu datang dari rakyat, biasanya tidak
terlalu lama dan kembali normal.
Hal yang sangat fatal adalah, jika kekerasan
itu datang dari Negara. Jika kekerasan datang dari Negara, biasanya dunia pun
hangus. Jika kekerasan datang dari Negara, aparat selalu membakar rumah warga,
aparat selalu menembak ternak warga, mencuri semua kekayaan yang ada di rumah, aparat
juga melakukan penyisiran yang membuat rakyat mengungsi di hutan
berbulan-bulan.
Jika rakyat mengungsi di hutan, tentu membuat
ekonomi mereka hancur-hancuran. Dan Proses itu terus terjadi berulang-ulang
sampai saat ini. Kadang ada skenario yang dibuat oleh aparat negara dengan
menaikan Bintang Kejora (BK) hanya untuk melakukan penyisiran dan bertujuan
menyiksa rakyat dan mematikan pertumbuhan ekonomi rakyat.
Bisnis Kekerasan
Sangat Susah lagi untuk menghentikan
kekerasan di Papua, apalagi jika kekerasan di Papua menjadi Bisnis oknum
tertentu orang. Hal itu bisa terlihat dengan jelas, di mana perebutan lahan
keamanan antara TNI dan Polri, yang berdampak pada stigmatisasi terhadap rakyat
sipil, dan membuat panik warga sipil dan menghancurkan perekonomian rakyat
Sipil Papua.
Hal lain juga terlihat dengan Ilegal Loging
dan Ilegal Maining, di mana dikawal oleh Aparat Negara, baik TNI maupun Polri,
walau statusnya adalah Ilegal. Hal itu bisa dilihat jelas di Degewo, Paniai,
untuk Ilegal Maining, dan Ilegal Loging seperti di Wasior dan lain-lainnya.
(6). PEMOTONGAN JALUR EKONOMI
Satu contoh yang menarik di Wamena. Dulu saat
Freeport membeli sayur di Wamena, masyarakat berlomba-lomba menanam sayur. di
wamena terlihat indah dengan sayur mayur. rumput hilang dari pertanian rakyat.
sayangnya, hal itu lenyap setelah Freeport berhenti mengambil sayur dari Wamna
dan dialihkan ke Luar Papua. ada yang bermain di sistem freeport untuk
mematukan jalur ekonomi rakyat.
Hal ini juga terjadi di Moanemati. Di
Moanemani, saat P5 berfungsi baik, ekonomi rakyat tumbuh dengan baik. Masyarakat
fokus pada perekonomian mereka. Namun sayang jika P5 dimatikan.
Contoh lain lagi adalah, saat seorang Mama
Papua yang memiliki Usaha Mikro sedang berkembang, di mana usaha dia dibuat di
daerah pedalaman Papua, yakni di Dogiyai, Deyai dan Paniai, sistem angkot
barang pun dilakukan melalui jalan darat. Kendaraan yang disewa olehnya, dalam
perjalanan dihancurkan oleh OTK. Akibatnya, barang bawaannya pun hancur.
Usaha-nya pun mengalami kehancuran.
Banyak kasus lain yang jika ditulis sangat
banyak.
CATATAN:
1). Belanda tidak perna menjajah orang Papua. Belanda justru mendidik orang Papua. dan itu terbukti dengan banyaknya Tokoh orang Papua di bawah tahun 1961, di Kota Jayapura. Orang Papua pun memiliki beberapa perusahaan dan kapal terbang serta kapal laut. Orang Papua tidak perna dibantai dan dibunuh.
Tentu hal itu Beda dengan Indonesia.
Indonesia justrus mematikan Ekonomi Rakyat tapi juga membunuh-bunuh orang Papua
sampai mau punah. Kekerasan Negara di Papua sangat membahayakan hak hidup orang
Papua di atas tanah moyang mereka. Sistem yang dibangun di Papua justru membuat
orang Papua secara Ekonomi dimatikan.
Situasi ini tentu situasi Jajahan yang sangat
brutal.
2). Selagi tidak ada rasa aman, proteksi,
orang papua akan selalu hancur dan dihancurkan sampai pada detakan nafas
sekalipun. apalagi, tidak ada satu regulasi yang mengikat orang Papua dari
ancaman kepunahan dan diskriminasi.
3). Jika Konstitusi saja bisa dilanggar oleh
Negara, tentu ini ancaman terhadap orang Papua. Maka, Dialog menjadi sebuah
sara penting dalam menelah pentingnya penyelamatan orang Papua, tidak hanya
dari bahaya Pelanggaran HAM berat, Sejarah, tapi juga Soal Ekonomi sebagai
dapur kerakyatan. Jika Negara terus bertahan pada argumen negatifnya seperti
pendekatan Militer, pendekatan abunawas (Tipu belaka), sampai dunia kiamat pun
Ekonomi Orang Papua tidak akan berkembang.
Penulis:
Marthen Goo
(Aktivis
Papua, Pemerhati kemanusiaan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar