Ratusan Mahasiswa Papua
Membanjiri Bundaran HI, Istana Negara dan Kantor Free Port Jakarta
Aksi di depan Istana Negara |
SKTB,Jakarta
- Selasa,
20/5/2014, ratusan mahasiswa Papua yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa
Papua melakukan aksi di Bundaran HI, di depan Istana Negara, dan di Kantor
Freeport. Aksi tersebut terkait konflik horizontal di Timiki yang sudah mengorbankan
belasan warga sipil, sementara aparat hanya diam menyaksikan konflik tersebut.
Pada akhir bulan Maret, tokoh gereja, Dr. Pdt. Benny Giay say hendak
menjumpai jemaat-nya untuk mendamaikan konflik yang terjadi, Pdt. Benny justri
dihadang oleh Aparat Kepolisian Indonesia dan tidak mengijinkan-nya tuk
menjumpai jemaatnya. Sementara, Aparat kepolisian hanya memalang jalan masuk ke
TKP. Sangat terlihat kalau konflik itu dipelihara juga oleh aparat.
Aksi yang dilakukan oleh Solidaritas dari pukul 08.30 pagi hari di
Bundaran HI dan kemudian dilanjutkan ke istana dan akhirnya tibah di Kantor Freeport
jam 12.30, terpaksa harus membuat massa aksi melombati pagar kantor Freeport
karena Pagar Freeport dikunci dan keamanan setempat melarang massa aksi
memasuki kantor Freeport. Massa aksi yang melakukan aksi tersebut, meminta
pimpinnan Freeport harus menjumpai mereka.
Massa Aksi saat di jalan raya, di depan Kantor Freeport |
Saat tibah di Kantor Freeport, massa aksi melakukan orasi-orasi sambil
menunggu Pemimpin Freeport menjumpai mereka. Menurut Koordinator lapangan, “Negara telah gagal melindungi hak hidup
manusia Papua di Kabupaten Mimika Khususnya dan di Papua secara umum”.
Sementara itu, seorang Orator dari Kota Study Jakarta dalam orasinya
mengatakan “Kapolda Papua tidak berhasil
dan Kapolda Papua harus dicopot”.
Aksi di depan kanotr Frrport |
Dalam permintaan pertemuan tersebut, Freeport menyuruh anak-anak Papua
yang kerja di Freeport untuk menjumpai massa aksi. Massa aksi menolak mereka. Seorang
orator berkata, “kalian itu orang Papua.
Kalian itu juga korban. Semestinya kalian bersama kami tuntut Freeport”. Kemudian massa aksi meminta pada orang Papua
yang kerja di Freeport untuk memanggil atasan mereka. Waktu yang diberikan
untuk menghadiri pemimpin Freeport adalah 15 menit.
Setelah 15 menit, massa aksi terbakar emosi. Pada pukul 13.25, massa aksi
merasa ditipu karena Pemimpin Freeport tidak juga hadir, akibatnya, massa aksi
melakukan dorong-dorongan terhadap aparat yang ada di situ (di depan pintu),
dan massa melakukan pembongkaran terhadap pintu gedung Freeport. Setelah melakukan
pembongkarang pintu, massa aksi kemudian duduk diam sambil menunggu Pemimpin
Freeport tibah di tempat. Tak lama kemudian, Polisi dengan pengaman peluru
masuk dan memblokade pintu masuk.
14.00 Wib, pemimpin Freeport menemui massa aksi dan posisi pemimpin
Freeport dikurung oleh Polisi karena ketakutan, seakan massa aksi akan
menggigitnya dan membunuhnya. Kemudian Pemimpin Freeport menerima pernyataan
sikap dari massa aksi dan berkata “kami akan melanjutkan pernohonan solidaritas”.
Setelah mendengar pernyataan tersebut, massa aksi kemudian meninggalkan Kantor
Freeport.
Blokade Polisi di depan Pintu Masuk |
Dalam aksi tersebut, mahasiswa menuntut kepada pihak Freeport dan Negara
tuk menyelesaikan masalah di Mimika, Papua. Tuntutan yang dituntut adalah: “Hentikan
Konflik horizontal di Timiki tidak, jika tidak, akan didorong Boikot Pilpres;
Hentikan Konflik horizontak di Timika jika tidak, Solidaritas akan mendorong
Penutupan PT. Freeport; Pemerintah pusat segera lakukan intervensi terhadap
pemerintah Propinsi, Kabupaten dan TNI/Polri terkait penyelesaian konflik di
Timika Papua; Segera usut tuntas dalang dibalik konflik yang terjadi di Mimika
Papua”. (Stev B)